Khutbah Idulfitri : Teguhkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa untuk Pembumian Syukur Transformatif atas Anugerah

- 10 April 2024, 00:29 WIB
 Menag Yaqut Cholil Qoumas (tiga dari kanan) dalam konferensi pers sidang isbat penetapan 1 Syawal 1445 H atau Idul Fitri 2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa 9 April 2024.
Menag Yaqut Cholil Qoumas (tiga dari kanan) dalam konferensi pers sidang isbat penetapan 1 Syawal 1445 H atau Idul Fitri 2024 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa 9 April 2024. /ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari/

Pada saat yang sama, dengan syukur ini kita memperkuat keberadaan kita sebagai khalifah Tuhan yang berkewajiban melestarikan dan memakmurkan kehidupan serta mengembangkannya ke arah yang lebih baik.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Jamaah solat Idul Fitri yang diberkahi Allah.

Dengan syukur transformatif, kita melabuhkan keberhasilan kita dengan mengelola segala dorongan, sikap dan perilaku menjadi kemaslahatan senyatanya dalam kehidupan individu sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik dan sebagainya. Kita mengungkapkan rasa syukur atas capaian yang diraih tidak hanya diorientasikan untuk diri kita masing-masing, tapi juga ditransformasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam ungkapan yang lain, upaya syukur dan pembumian keberhasilan itu perlu dikembangkan menjadi dasar untuk membangun dan mengembangkan peradaban yang dapat mencerahkan kehidupan dan menyejahterakan bangsa; dan pada gilirannya juga bagi umat manusia secara keseluruhan dan dunia global.

Dengan syukur transformatif ini, kita niscaya membangun sistem kehidupan yang dapat menjadi landasan bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan untuk terus menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Syukur transformatif harus dapat mengantarkan bangsa ini ke dalam kehidupan ideal tapi tidak utopis; suatu kehidupan yang sarat dengan keadilan, kerukunan, keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan.

Pada saat yang sama, kesyukuran ini diharapkan tidak lagi menjadi kegiatan individual yang bergerak sendiri-sendiri. Namun syukur ini harus menjadi kegiatan bersama yang dilakukan secara terarah, terprogram dan berkelanjutan dengan tujuan dan hasil yang jelas dan benar-benar bermanfaat. Kesyukuran ini harus bermakna signifikan bagi masyarakat dan bangsa yang niscaya melahirkan keadaban dan peradaban luhur bangsa.

Oleh karena itu, Idul Fitri (yang niscaya kita syukuri karena melimpahnya anugerah Allah pada hari itu) perlu dijadikan momentum strategis untuk aktualisasi rasa syukur ke dalam program dan aksi nyata tersebut. Selain itu, kita jangan hanya menginginkan untuk meraih keberhasilan sesaat. Kita niscaya bertekad untuk berhasil secara berkelanjutan dan mampu meningkatkan kualitas keberhasilan itu dari waktu ke waktu. Hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini baik di tingkat individu, masyarakat, maupun bangsa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Jamaah solat Idul Fitri yang diberkahi Allah.

Syukur transformatif memerlukan pijakan yang kuat untuk melangkah. Kita memerlukan kesatuan dan persatuan bangsa yang kokoh. Dalam kondisi keterpecahbelahan, kita sulit atau bahkan tidak mungkin melakukan apa pun yang bermakna. Dalam suasana yang penuh dengan saling bermusuhan, kita tentu sulit menghasilkan karya besar untuk masyarakat dan bangsa, apalagi untuk kehidupan. Sebab keterpecahbelahan identik dengan kelemahan dan permusuhan identik dengan jurang kehancuran.

Dalam perspektif Islam, persatuan merupakan ajaran fundamental yang harus menjadi pegangan umat Islam dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, berpecah belah merupakan hal yang harus dihindari kapan pun dan di mana pun. Dalam al Qur-an surat Ali ‘Imran, ayat 103 Allah SWT berfirman:

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: kemenag.go.id


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah