"Namun, pada tahun 1768, LA Bougainville pelaut Eropa yang berlayar dan berlabuh di Teluk Yos Sudarso, Kota Jayapura, menamai pegunungan ini dengan nama Cycloop," kata Hari Suroto.
Lebih Lanjut Peneliti Hari Suroto menyampaikan, bahwa begitulah kebiasaan penjelajah Eropa pada waktu itu, tidak pernah bertanya kepada penduduk asli setempat, langsung seenaknya saja memberi nama daerah baru yang dia kunjungi dengan sesuka hatinya.
Nama Cycloop sendiri berasal dari mitologi Yunani yang berarti raksasa bermata satu. Ia adalah putra dari Dewa Poseidon dan Dewi Thoosa.
Pegunungan Cycloop menjadi habitat fauna endemik Papua, di antaranya burung cenderawasih, kuskus, dan kanguru pohon. Pegunungan Cycloop merupakan sumber air bagi Danau Sentani, namun saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Saat ini telah terjadi penebangan liar, penambangan galian C liar, pembukaan lahan untuk pemukiman dan pendulangan emas liar.
Baca Juga: Pesona Kampung Yaboi di Danau Sentani
Jika hal ini terus menerus berlangsung, dan tidak segera dihentikan maka lama kelamaan, Danau Sentani akan mengering. Selain itu jika terjadi hujan lebat, dikhawatirkan akan terjadi tanah longsor di Jayapura.
"Dua tahun yang lalu, banjir dan tanah longsor melanda Sentani, Jayapura, akibat dari rusaknya cagar alam Cyclops atau Dobonsolo. Rusaknya lingkungan ini karena ulah manusia yang merusak Cyclops, penebangan liar atau membuka lahan untuk berkebun,' katanya.
Hari Suroto menuturkan, kearifan lokal berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Sentani perlu digali dan dilestarikan bahwa di Cyclops merupakan dunia dewa. Cyclops dipercaya sebagai rumah Dewi Pemberi Kehidupan yaitu Hokaimiyae atau ibu pertiwi.
Editor: Eveerth Joumilena