Untuk itu, masyarakat setempat percaya bahwa dayung perahu, tengkorak manusia dan makam Putri Duyung di Pulau Ota, sebagai peringatan agar nelayan yang melaut di Teluk Berau lebih berhati-hati.
Terlebih Pada masa lalu belum ada mesin tempel perahu, para nelayan hanya mengandalkan dayung dan layar. Maka nelayan yang mendayung perahu harus memperhatikan kondisi ombak, cuaca dan angin di Teluk Berau.(Hari Suroto, Arkeolog Balai Arkeologi Papua )