Pulau Ota di Fakfak, Tempat Sakral Putri Duyung dan Sejumlah Aturan yang Harus Ditaati Jika Berkunjung

- 11 Maret 2021, 10:25 WIB
Ilustrasi Putri Duyung*/pixabay
Ilustrasi Putri Duyung*/pixabay /

PORTAL PAPUA-Pulau Ota di Teluk Berau, Kampung Darembang, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat menyimpan sejuta misteri.

Pulau yang disakralkan oleh masyarakat setempat tak sembarang bisa didatangi. Bahkan ada aturan lisan dalam budaya masyarakat setempat, jika ada orang yang naik perahu dan melewati pulau itu, maka laju perahu harus diperlambat, sehingga air tetap menjadi tenang.

Baca Juga: Buruan Daftar! Kartu Prakerja Gelombang 14 Dibuka Hari Ini, Simak Cara Daftarnya di Sini

Larangan lainnya di Pulau Ota adalah setiap orang yang masuk dalam pulau itu dilarang untuk bicara kotor dan kasar.

Oleh masyarakat setempat Pulau Ota juga disebut sebagai Pulau Putri. Sebutan Pulau Putri yang dimaksud merupakan pulau karang berukuran kecil.

Pada bagian tebingnya terdapat sebuah celah dan pada celah ini terdapat sebuah makam, beberapa tengkorak manusia dan dayung perahu.

Baca Juga: Sinopsis Dari Jendela SMP, 11 Maret 2021 Tak Terima Wulan, dan Kepala Sekolah Datangi Sekolah Nusa Bangsa

Mitos yang dipercaya oleh masyarakat Teluk Berau, makam di Pulau Putri adalah makam putri duyung.

Putri duyung digambarkan sebagai perempuan cantik berambut tergerai indah mempesona, sedangkan bagian bawah berupa ikan berekor. Putri duyung kerap digambarkan hidup di lautan.

Dulunya, masyarakat setempat mendapati banyak tulang manusia berserakan pada celah tebing Pulau Putri. Namun, hanya tulang putri duyung yang dikumpulkan dan kemudian dibuatkan makam di celah tebing itu.

Baca Juga: Fakta- fakta, Duglas Mac Arthur, Jendral Amerika Serikat yang Paling Populer dan Kontroversial di Papua

Secara ilmiah, duyung disebut dugong dugon. Dugong bukanlah sejenis ikan tetapi tergolong dalam hewan mamalia laut pemakan tumbuhan lamun. Perairan Teluk Berau memiliki padang lamun yang menjadi habitat dugong.

Dugong memiliki tulang belakang dan rusuk untuk melindungi paru-parunya. Kepala dugong hampir mirip dengan manusia karena memiliki rahang atas dan bawah.

Dugong juga memiliki enam tulang leher sehingga kepalanya bisa menengok.

Tungkai dugong terdiri atas tulang-tulang yang menyusun hasta, pengumpil dan struktur seperti jari. Telapak tangan dugong terdapat di balik sirip, sirip ini seperti dayung.

Baca Juga: Mengenal Suku Bauzi di Papua dengan Sejumlah Alat Berburu dan Korek Api Tradisional

Dugong dikenal sebagai binatang yang akrab dan ramah terhadap manusia. Dalam beberapa kejadian, seperti lumba-lumba, dugong menyelamatkan nelayan yang tenggelam karena kecelakaan perahu.

Berdasarkan hal tersebut, mitos yang dipercaya masyarakat Teluk Berau, dugong sebagai jelmaan manusia dan suka menolong nelayan, sehingga masyarakat setempat tidak melakukan perburuan.

Kegiatan nelayan di Teluk Berau dipengaruhi oleh kondisi ombak dan musim angin. Sehingga jika nelayan berperahu pada saat musim ombak besar dan angin kencang, rawan terjadi kecelakaan laut.

Baca Juga: Ikatan Cinta 11 Maret 2021, Episode 200, Al Terus Bertanya Apakah Reyna Anak Kandung Roy, Apa Respon Rendy?

Untuk itu, masyarakat setempat percaya bahwa dayung perahu, tengkorak manusia dan makam Putri Duyung di Pulau Ota, sebagai peringatan agar nelayan yang melaut di Teluk Berau lebih berhati-hati.

Terlebih Pada masa lalu belum ada mesin tempel perahu, para nelayan hanya mengandalkan dayung dan layar. Maka nelayan yang mendayung perahu harus memperhatikan kondisi ombak, cuaca dan angin di Teluk Berau.(Hari Suroto, Arkeolog Balai Arkeologi Papua )

 

Editor: Atakey


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x