Hari Suroto Terus Menulis Tentang Arkeologi Papua Karena Cinta Pada Negeri Cenderawasih

- 2 April 2022, 07:12 WIB
Hari Suroto,  Peneliti arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Titus Pekey penggagas noken sebagai warisan budaya dunia UNESCO
Hari Suroto, Peneliti arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Titus Pekey penggagas noken sebagai warisan budaya dunia UNESCO /Foto: Dok Pribadi/

PORTAL PAPUA - Namanya Hari Suroto, pria kelahiran Gunung Kidul Yogyakarta, 13 November 1980 ini mulai berkarya di Balai Arkeologi Papua pada tahun 2009. Minat pada studi-studi arkeologi telah mengantarkannya meniti karir sebagai seorang peneliti dengan memulai studi pada Pendidikan Sarjana Arkeologi di Universitas Udayan Bali.

Saat ini Hari meniti hari-hari hidupnya sebagai seorang penelti di Balai Arkeologi Papua dan juga menjadi staf pengajar pada Universitas Cendrawasih.

Baca Juga: Cerita Pelukis Kayu di Jayapura, Pembeli Berkurang Namun Tetap Semangat Melukis

Pulau Papua bagi Hari telah menjadi bagian dari denyut nadinya, terutama untuk hidup dan karyanya sebagai seorang peneliti.  Dijelaskannya bahwa Papua dan Papua Barat memiliki potensi arkeologi yang tinggi, baik itu situs dan tinggalan arkeologi prasejarah hingga arkeologi sejarah. 

Baca Juga: Cerita Tentang Peneliti Jerman Bangun Lapangan Terbang di Papua

“Pulau Papua itu surga kecil yang jatuh ke bumi. Sangat indah, baik itu manusianya, alamnya, budayanya. Tinggalan arkeologi Papua sangat unik karena letak geografisnya  yang menjadi penghubung antara Asia dan Pasifik. Ini tentunya memengaruhi Papua punya budaya yang khas. Papua dengan Australia juga memiliki kesamaan fauna, di Australia ada kanguru di Papua juga ada,” tegas Hari ketika berkisah tentang Papua. 

Baca Juga: Jejak Belanda di Kaimana

Hari juga menjelaskan tentang tugas dan kerjanya di Balai Arkeologi. Tugas dan fungsi Balai Arkeologi Papua adalah melakukan penelitian arkeologi dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian. Publikasi  hasil penelitian ini dengan membuat buku ilmiah hasil penelitian, artikel jurnal ilmiah, film dokumenter, buku pengayaan untuk siswa sekolah dasar dan menengah serta pameran hasil penelitian arkeologi

Wilayah kerja Balai Arkeologi Papua meliputi dua provinsi yaitu Provinsi Papua dan Papua Barat. Mulai dari Kota Jayapura hingga Waisai Raja Ampat. Bekerja sebagai seorang peneliti khususnya pada Balai Arkeologi dijalankannnya dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur.  Ia mengakui bahwa dirinya selalu punya pengalaman yang unik dan menyenangkan.

Baca Juga: 17.000 Tahun yang Lalu, Papua dan Australia Tergabung Jadi Satu Daratan Unik, Ini Faktanya

 

“Pengalaman yang menyenangkan selama tugas penelitian di lapangan yaitu selalu mendapat pengalaman baru. Untuk menuju situs arkeologi harus masuk ke hutan, naik speed boat melewati laut menuju pulau-pulau kecil. Terus di   masing-masing situs arkeologi yang saya datangi itu punya cerita unik. Bekerja di sini itu ya seperti berpetualang. Akses transportasinya memang masih susah dan tentu saja akses telekomunikasi yang belum merata. Tapi itu bagian dari pengalaman berharga yang menyenangkan, ya begitu sudah,” urai Hari.

Sebagai seorang peneliti Hari punya misi yang mulia. Ia berharap melalui penelitian-penelitiannnya bersama tim di Balai Arkeologi, Papua semakin dikenal luas oleh dunia. Targetnya adalah  hasil dari  penelitian yang dikerjakan harus bermanfaat bagi masyarakat. Situs-situs arkeologi dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian tinggalan arkeologi itu sendiri. Selain itu tinggalan arkeologi seperti lukisan prasejarah di tebing karang di Fakfak, Kaimana dan Raja Ampat dapat dikembangkan guna mendukung ekonomi kreatif. 

Baca Juga: Noken Suku Maybrat Hasil Kerajinan Tangan Masyarakat Asli Papua dari Kulit Kayu Pohon Biyik

 Tahun 2020 lalu, Hari  melakukan penelitian  motif megalitik Tutari. Motif ini merupakan salah satu  karya seni dari Sentani. Motif   Tutari jelasnya punya  manfaat  untuk pelestarian arkeologi. Hari dan timnya dari Balai pun menaruh harapan agar  motif  Tutari dapat dilestarikan oleh masyarakat melalui kerajinan tenun dan produk lainnya. Produk kreatif itu sendiri dapat berupa motif batik khas megalitik Tutari yang dibuat pada desain sablon kaos, desain logo produk, digambarkan dalam motif lukisan kulit kayu, atau lukisan media kanvas, seni mural serta buku cerita bergambar tentang Tutari.

Sosok peneliti yang tekun ini pun tidak hanya menulis pada jurnal tetapi juga memanfaatkan media-media cetak dan online di Papua. Pada media-media tersebut dirinya menulis tentang hasil penelitian. Hari lebih jauh menerangkan bahwa kekurangan arkeologi Papua selama ini adalah jumlah publikasi. Jika dibandingkan dengan Papua Nugini, publikasi hasil penelitian arkeologi di  Papua kalah jauh.

Apalagi sudah banyak situs-situs arkeologi yang diteliti di Papua Nugini.  Untuk itu arkeologi Papua harus jadi tuan rumah di negeri sendiri.  Publikasi tentang arkeolog di Papua harus dilakukan oleh para peneliti Balai Arkeologi Papua. Selain itu di Papua dan Papua Barat, belum banyak masyarakat yang tahu arkeologi, makanya harus terus menerus dilakukan publikasi hasil penelitian.

Hasil penelitian itu ada berbagai macam bentuk dengan target pembacanya, misalnya buku dan jurnal ilmiah itu target pembaca dosen, akademisi, peneliti dan mahasiswa. Sedangkan untuk pelajar sekolah, publikasi dalam bentuk buku pengayaan, buku ilmiah popular atau buku cerita bergambar.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 13 Maret 2021, Capricorn Fokus, Aquarius Percaya Diri, Pisces Diam

 

Hary sendiri mengaku senang menulis untuk Portal Papua. Menurutnya sebagai partner dari media besar sekelas Pikiran Rakyat dirinya percaya bahwa akan ada banyak orang yang membaca tulisannya pada media Portal Papua.

“Saya senang menulis tentang arkeologi Papua untuk  Portal Papua karena dunia sekarang sudah berubah.  Sekarang masyarakat lebih suka baca berita online daripada baca koran cetak. Portal Papua sendiri memiliki jaringan media yang sungguh luar biasa bekerjasama dengan Pikiran Rakyat. Sehingga saya sangat yakin, pembaca sangat banyak dengan begitu hasil-hasil penelitian arkeologi di Papua akan diketahui oleh masyarakat luas dari Merauke ke Sabang bahkan sampai ke luar negeri. Terima kasih sekali untuk teman-teman di Portal Papua yang bersedia menayangkan tulisan-tulisan saya. Saya akan terus menulis tentang Papua. Saya cinta tanah ini,” tutup Hari Suroto. ***

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x