Posisi Strategis Biak Dalam Sejarah Penerbangan Internasional

- 2 April 2022, 06:40 WIB
Bandara Frans Kaisiepo Biak Papua, lapangan terbang sisa peninggalan perang pasifik pada Perang Dunia  II.
Bandara Frans Kaisiepo Biak Papua, lapangan terbang sisa peninggalan perang pasifik pada Perang Dunia II. /Foto Facebook Sudadi Idad/
PORTAL PAPUA - Posisi strategis Biak, Papua yang berada di Samudera Pasifik bagian barat daya dan berlokasi di ekuator menjadikan Biak dipilih sebagai lokasi bandara antariksa. 
 
Namun ternyata dalam sejarahnya, pada masa lalu Biak sudah melayani penerbangan internasional yang menghubungkan Biak ke Australia, Tokyo, Papua Nugini, Amsterdam, Los Angeles dan Honolulu.
 
Demikian disampaikan Peneliti Arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hari Suroto, seklaigus menjelaskan, bahwa Pemerintah Belanda dengan bantuan investasi maskapai KLM, pada 14 Juli 1955 mendirikan maskapai penerbangan bernama Nederlands Niew Guinea Luchtvaart Maatschapij dikenal juga sebagai Kroonduif atau De Kroonduif.
 
"Kroonduif merupakan bahasa Belanda untuk burung mambruk. Burung mambruk ini dikenal juga merpati bermahkota yang hanya dijumpai di Papua," tulisannya, yang diterima Portal Papua, Sabtu, 2 April 2022.
 
Ditambahkan, Kroonduif ini juga yang menjadi cikal bakal maskapai Merpati Nusantara, yang saat ini sudah tidak terbang lagi.
 
"Belanda menjadikan Bandara Mokmer sebagai pusat operasional Kroonduif.
Pada awal penerbangannya Kroonduif menggunakan pesawat Lockheed Constellation dengan rute Bandara Mokmer Biak - Sydney," ungkap Peneliti Arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hari Suroto.
 
"Sedangkan untuk rute di wilayah Papua, Kroonduif menggunakan pesawat amfibi atau Sea Beaver yang mampu mendarat di pantai serta danau di pedalaman Papua," jelasnya dalam tulisan yang disampaikan.
 
Lebih  lanjut, Hari Suroto menceritakan, Kemudian Kroonduif pada 1956 menambah pesawat de Havilland DHC-2 Beaver, untuk melayani penerbangan ke Bandara Sentani dan Sorong serta kota-kota di Papua Nugini.
 
Dijelaksan, Pada 1960, Kroonduif melayani penerbangan Biak-Tokyo-Amsterdam. Setelah penyerahan Irian Barat ke Indonesia, Bandara Mokmer diubah namanya menjadi Bandara Frans Kaisiepo.
 
Pada 1996-1998, Garuda Indonesia melayani penerbangan Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles dengan pesawat MD-11.
Namun rute internasional ini berhenti karena krisis ekonomi. ***

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x