Papeda jenis ini biasa dibuat dari tepung sagu yang dijual di supermarket. Namun, untuk membuat papeda yang kualitasnya menyamai papeda Papua, Chef Chato memberi trik jitunya.
“Sebelum dimasak, rendam dahulu tepung sagu di dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit, ambil pati yang mengendap, campur dengan air untuk dibuat papeda. Teksturnya akan sama dengan papeda di Papua."
2. Papeda versi lontong
Papeda yang kerap kita lihat umumnya berupa bubur. Tapi, sebetulnya ada papeda yang bentuknya seperti lontong, namanya papeda bungkus.
Proses pembuatannya seperti papeda biasa. Setelah matang, papeda dibungkus daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut waibu).
Baca Juga: Inilah Kata - Kata Bijak Rohani Kristen Tentang Kesabaran
Uniknya, daun waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus menebarkan aroma yang khas. Daya simpan papeda bungkus ini bisa sampai satu bulan.
“Tak perlu disimpan di kulkas, tak perlu dihangatkan berulang-ulang. Simpan saja di meja,” kata Chef Chato, yang mengajak pemilik resto Papua di Jakarta untuk menggali kekayaan cita rasa resep tradisional Papua langsung di Tanah Papua.
3. Papeda berbumbu kaldu (Sinole)
Papeda tradisional rasanya hambar, karena campurannya hanya sagu, air jeruk (sebagai pengental), dan air. Yang menambah rasa adalah lauk dan sayur yang mendampinginya. Tapi, seperti nasi uduk yang berbumbu, ada pula papeda yang diberi bumbu. Hanya saja, kalau sudah dibumbui namanya bukan lagi papeda, melainkan sinole.