Keunikan Situs Megalitik Tutari Terkenal Sakral di Papua, Tak Jauh dari Bandara Sentani

- 11 Maret 2021, 17:12 WIB
Menhir di Situs Megalitik Tutari.
Menhir di Situs Megalitik Tutari. /Dok. Hari Suroto/

PORTAL PAPUA-Papua punya situs megalitik yang sakral, namanya Situs Megalitik Tutari. Situs ini terletak di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.

Untuk menjangkau tempat tersebut dari arah Bandara Sentani, dapat dicapai hanya perlu 15 menit dengan mobil.

Baca Juga: Sejumlah Kabupaten di Provinsi Papua Kekurangan Tenaga Dokter

Situs ini mudah dijangkau karena berada di kawasan Bukit Tutari, tepi Danau Sentani bagian barat. Dengan latar belakang Danau Sentani, situs ini sangat instagrammable.

Seluruh permukaan Bukit Tutari dipenuhi bongkahan-bongkahan batu berwarna hitam. Sebagian batu-batu ini terdapat lukisan di permukaannya.

Baca Juga: Sebelum Adanya Garam Modern, Suku-suku di Papua Sudah Mengenal Garam dari Kolam Air Asin

Lukisan ini merupakan peninggalan Suku Tutari pada masa prasejarah. Dibuatnya dengan cara menggores. Suku Tutari sendiri dianggap sudah punah. Motif yang digoreskan yaitu flora dan fauna Danau Sentani, manusia, benda budaya dan geometris.

Di puncak Bukit Tutari terdapat batu tegak atau menhir. Menhir berada di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Ini Alasan Tetua Adat dan Kepala Suku Biak Papua Tolak Pembangunan Landasan Roket SpaceX

Menhir itu berjumlah 110 buah. Puncak Bukit Tutari ini dipercaya sebagai tempat yang paling sakral, tempat bersemayamnya roh nenek moyang.

Ada kisah unik di puncak bukit ini. Pada tahun 1990-an, ada yang mengambil satu batu menhir dan dibawa ke Jakarta. Sampai di Jakarta, menhir ini tiba-tiba hilang, kemudian dicari tidak ketemu.

Setelah dilacak ke Jayapura, ternyata menhir ini sudah kembali ke tempat semula di puncak Bukit Tutari. Menhir yang tiba-tiba kembali ini kemudian oleh masyarakat Kampung Doyo Lama dianggap sebagai spesial.

Baca Juga: Markas KKB di Papua Terbongkar, Begini Bentuk Markasnya

Ada kepercayaan yang berkembang di sana, bagi siapa saja yang mampu mengangkat menhir ini dan terasa ringan maka keinginannya terkabul. Jika tidak maka sebaliknya. (Hari Suroto, Arkeolog Balai Arkeologi Papua)

Editor: Atakey


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x