Network
PORTAL PAPUA-Para kardinal baru ini diperingatkan oleh Paus Fransiskus agar tidak memakai titel mereka untuk korupsi dan memperkaya diri sendiri (Korupsi).
Paus Fransiskus baru saja melantik 13 kardinal baru, posisi tertinggi dalam hierarki gereja katolik pada Sabtu 27 November 2020.
Sebagian besar dari mereka melepas masker saat menerima topi merah dari Paus Fransiskus, kecuali Kardinal Wilton Gregory yang merupakan kardinal dari etnis kulit hitam pertama di dunia.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut, Habib Rizieq dan Gatot Akan Menghasilkan Poros baru
Gregory juga menjadi satu-satunya kardinal baru yang mengenakan masker ketika mereka melakukan kunjungan kehormatan sembari bernyanyi pada Paus Benediktus XVI yang sudah pensiun.
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Bloomberg, Paus Fransiskus memperingatkan para kardinal agar tidak mengutamakan kepentingan sendiri menggunakan gelar yang mereka miliki saat ini.
Ia menambahkan kalau mereka punya gelar baru 'Yang Mulia', bukan berarti mereka harus menjauh dari umatnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Tahun 2021, Penerimaan Guru Berstatus ASN dalam Jumlah yang Besar
Komentarnya merefleksikan kritik yang terus menerus dilontarkan Paus Fransiskus soal sikap arogan kaum biarawan terhadap umat Katolik.
Ini pun menunjukkan kalau Paus Fransiskus sedang berupaya melawan korupsi di dalam tubuh Vatikan sendiri.
Sementara itu, Wilton Gregory akan menjadi uskup agung pertama dari etnis Afrika-Amerika untuk Washington.
Ia menyebut kalau pelantikan dirinya sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus menjadi 'afirmasi Katolik Kulit Hitam di Amerika Serikat '.
Baca Juga: Nama tak Terdaftar, Ini Syarat dan Cara Mudah Cek Penerima Bantuan UMKM Rp2,4 Juta Secara Online
Pelantikan Gregory muncul setelah AS dilanda protes antirasismeselama hampir setahun penuh karena merebaknya pembunuhan orang kulit hitam oleh petugas polisi berkulit putih.
Paus Fransiskus secara gamblang menegaskan kalau dirinya mendukung protes tersebut dan menyinggung berbagai ketidakadilan ras dalam sejarah AS.
"Kini muncul kesadaran tentang perlunya rekonsiliasi rasial, kesadaran yang belum pernah saya lihat sampai sebesar dan seintens ini sebelumnya," ujar Wilton Gregory.***
