PORTAL PAPUA - Belakangan ini terjadi perubahan iklim yang ekstrem di beberapa tempat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Perubahan iklim yang terjadi ini dibarengi dengan meningkatnya penyakit menular sebagaimana disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ratih Asmana Ningrum.
Hal ini disampaikan oleh Ratih Asmana Ningrum atas dasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. “Perubahan iklim sangat berdampak pada lingkungan sehingga secara langsung mempengaruhi sektor kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa munculnya penyakit menular meningkat seiring dengan perubahan iklim,” ungkap Ratih seperti dikutip dari Antara, Rabu.
Selain itu, menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati adalah suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh semua orang.
Dalam sebuah literatur ilmiah, lanjutnya, terdapat 827.000 virus dari burung dan mamalia yang berkemungkinan besar dapat menginfeksi manusia. “Fungsi ekosistemn mirip dengan tubuh manusia.
Ketika mereka sehat, mereka lebih tahan terhadap penyakit. Tetapi ketika hutan dan ekosistem alami lainnya rusak, maka satwa liar dipaksa untuk melakukan kontak lebih dekat dengan hewan ternak dan manusia. Ini menciptakan kondisi bagi penyakit untuk menyebar cepat,” terangnya demikian.
“Yang bisa dilakukan adalah bagaimana menjaga ekosistem bersama. Upaya ini penting dilakukan dan melibatkan banyak pihak, mulai dari tingkat paling bawah, yaitu keluarga sampai tingkat global,” jelas Ratih.
Baginya, tidak ada cara lain yang cukup efektif selain menjaga keutuhan dan keselarasan ekosistem. Jika ekosistem atau lingkungan sehat maka sudah tentu manusia juga akan sehat.