Jadilah Garam dan Terang Membawa Kabar Baik dan Sukacita, Lakukan Hal Baik Kepada Sesama

- 10 Februari 2024, 09:00 WIB
Keindahan alam Papua
Keindahan alam Papua / Foto Instagram @siriusbintang

PORTAL PAPUA  -  RASA YANG DULU PERNAH ADA
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13)

Rasa asin merupakan hakikat dari garam. Saat mendengar kata “garam”, yang ada dalam benak kita biasanya bukanlah bentuk, tetapi rasanya yang asin karena asin merupakan identitas dari garam. Seperti saat kita mendengar kata “gula”, yang terbayang pastilah rasa manisnya.

Orang percaya sebagai warga Kerajaan Sorga adalah garam dunia. Identitas sebagai garam adalah suatu hal yang istimewa, yang mengandung sebuah keberadaan yang khusus dan berharga di hadapan Allah. Identitas ini juga mengandung tugas dan tanggung jawab yang harus diemban sesuai dengan status dan keberadaannya sebagai garam dunia.

Mengapa Tuhan Yesus berkata garam bisa menjadi tawar? Bukankah kalau garam menjadi tawar dia bukan garam lagi? Secara geografis, orang Yahudi memiliki hasil garam yang melimpah dari daerah sekitar Laut mati yang memiliki tingkat kadar garam yang sangat tinggi.

Garam di daerah pesisir pantai laut mati ini berasal dari batuan yang kemudian dilarutkan dalam air. Kandungan garam dalam batu tersebut akan larut sehingga lama-kelamaan kandungan garam di batu itu berkurang dan menyisakan mineral dan zat batuan yang tidak memiliki kegunaan.

Selanjutnya, batu bekas melarutkan garam tadi tidak lagi bisa digunakan dan justru malah merusak kesuburan tanah. Orang Yahudi menggunakan batu-batu bekas larutan garam tadi untuk membangun jalan setapak.

Identitas sebagai garam dunia mengandung tugas untuk menjadi pengaruh dan dampak bagi dunia dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Tentunya pengaruh itu semakin lama harus semakin kuat dan bukan semakin menurun. Jika kita menjadi tawar sebagaimana garam yang menjadi tawar maka kita telah kehilangan identitas kita.

Tidak puas dan berhenti pada panggilan menjadi pengikut Kristus, tetapi kita harus terus bertumbuh sehingga hidup kita menjadi berkat dan membawa kebaikan bagi sekitar. Kebaikan itu terbukti melalui berbagai perbuatan baik yang berkesinambungan dan bukan hanya sekadar sebuah pencitraan yang berlaku sementara waktu saja.

Warga Kerajaan yang merasa puas dengan statusnya sebagai orang percaya tetapi tidak mengalami perubahan dalam karakter dan semua tingkah lakunya adalah bagaikan garam yang kehilangan rasa yang dulu pernah ada yaitu keasinannya. (RSN)

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x