- Bersimpati pada perbuatan pelaku dari orang yang sudah melakukan tindakan kejahatan
- Memiliki keyakinan akan kebaikan pelaku kejahatan
- Perasaan negatif terhadap polisi atau pihak berwajib lain yang menangkap si pelaku kejahatan
- Perasaan kasihan terhadap pelaku, percaya bahwa mereka sebenarnya adalah korban sendiri.
Kemudian dari studi para peneliti membuat kesimpulan penyebab untuk menjelaskan fenomena tersebut. Seorang yang mengembangkan sindrom ini sering mengalami gejala stres setelah trauma.
Nama sindrom ini berasal dari perampokan bank yang gagal di Stockholm, Swedia. Pada Bulan Agustus 1973 empat karyawan Sveriges Kredit Bank disandera di brankas bank selama enam hari.
Saat itu terjalin hubungan antara pelaku sandera dengan korban, hingga salah seorang sandera selama panggilan telepon dengan Perdana Menteri Swedia Olof Palme, menyatakan dia sepenuhnya percaya pada penculik.***