Budaya Malu, Setiap Orang Tak Luput Dari Kesalahan

- 22 April 2022, 04:57 WIB
Ilustrasi masyarakat berkegiatan di tengah pandemi.
Ilustrasi masyarakat berkegiatan di tengah pandemi. /Heo Ran/Reuters

PORTAL PAPUA -  Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah; mereka akan tersandung jatuh pada waktu Aku menghukum mereka, firman TUHAN” (Yeremia 6:15).

Apa yang di hati kita terpancar lewat pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Kumpulan pemikiran, perkataan dan perbuatan kita menghasilkan kebiasaan. Karakter adalah kumpulan kebiasaan yang kita lakukan setiap hari.

Baca Juga: Renungan Rohani : Belajar Dari Sifra dan Pua, Kita Dalam Rancangan Allah

Sedangkan budaya adalah kumpulan karakter. Setiap orang memang memiliki isi hati, pikiran, perkataan, perbuatan, kebiasaan, karakter dan budaya yang berbeda, namun perbedaan itu seharusnya tidaklah memisahkan kita melainkan menyatukan kita dalam membangun komunitas dan membangun bangsa.

Salah satu budaya kehidupan yang harus kita kembangkan adalah budaya malu. Di beberapa negara, para pemimpin negara memiliki budaya malu saat mereka melakukan kesalahan.

Mereka memilih mengundurkan diri. Tentu tidak semua orang harus mengundurkan diri sekalipun ia telah melakukan kesalahan apabila ia telah mengakui kesalahannya dan berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi dan akan bekerja dengan lebih baik lagi. Mari kita belajar budaya malu yang benar.


Yang pertama, jangan takut berkata, 'saya salah'. Jika Anda tak ingin melakukan kesalahan, maka jangan lakukan apa-apa sehingga Anda tidak akan terlihat melakukan satu kesalahan pun. Namun itu pun sebenarnya juga merupakan kesalahan.

Dalam pekerjaan kita sering berinteraksi dengan orang lain, terkadang perkataan dan sikap kita membuat orang lain tersinggung dan marah. Jika kita menyadari hal itu, jangan menunda untuk berkata, 'maafkan saya salah dalam berkata dan bersikap'.

Harga diri Anda tidak akan jatuh apabila Anda mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang lain. Yang terpenting adalah sesudah  Anda melakukan kesalahan, Anda berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama lagi dan mau memperbaiki kesalahan Anda.

Jadilah diri Anda sendiri seturut kehendak TUHAN dan kembangkan diri Anda semaksimal mungkin dalam tuntunan TUHAN setiap hari.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kekudusan dan Kesucian Hati Sesuai Kehendak Tuhan


Yang kedua, hiduplah dalam kebenaran. Setelah kita melakukan kesalahan, janganlah hanyut dalam kesalahan, namun cepatlah sadar diri lalu menyesal dan bertobat, kemudian hiduplah dalam kebenaran. Jika kita hidup bergaul dengan Sang Kebenaran maka kita akan banyak menerima dan menikmati kebenaran dari Sang Kebenaran itu sendiri.

Memiliki budaya malu tidaklah harus diakhiri dengan pengunduran diri dari pekerjaan yang sudah dipercayakan kepada kita. Memiliki budaya malu seharusnya adalah malu jika kita melakukan kesalahan dan mempermalukan TUHAN, namun kita pura-pura tidak pernah melakukan kesalahan itu bahkan mencari kambing hitam kesalahan itu pada orang lain. Apakah Anda sudah mulai memahami arti budaya malu?(DW)

Questions:
1. Apakah arti budaya malu bagi Anda?
2. Mengapa kita harus cepat mengakui kesalahan kita dan segera bertobat dari kesalahan kita?

Values:
Seorang Warga Kerajaan Allah adalah pribadi yang memiliki tujuan hidup mempermuliakan Sang Raja.

Baca Juga: Serahkanlah Kuatirmu Kepada TUHAN, Maka Ia Akan Memelihara Engkau

Lebih baik malu sesaat di bumi daripada malu selamanya di kekekalan.


"Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya."
__ Markus 4.24-25

Camkanlah apa yang mau dengar! Tuhan tidak ingin hanya sekedar didengarkan;  Tuhan ingin Firman-Nya memasuki sistem kita dan mengubah kehidupan kita.  Semakin kita menerima berkat dari firman Tuhan, semakin hal itu seharusnya mengubah kita.  Jika kehidupan kita tidak berubah, maka permasalahnya bukan pada pesannya melainkan pada pendengarnya!.***

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x