Wahana Visi Indonesia Kampanyekan Baca Tanpa Batas di Papua

- 13 Juli 2023, 14:29 WIB
Monita Tahalea, Penyanyi, Hope Ambassador WVI, mengajak anak membaca buku cerita di Biak
Monita Tahalea, Penyanyi, Hope Ambassador WVI, mengajak anak membaca buku cerita di Biak /

JAKARTA (LINTAS PAPUA)– Literasi merupakan kemampuan yang penting dimiliki seorang anak untuk bisa belajar dan menggapai mimpinya.

Sebagai organisasi fokus anak, Wahana Visi Indonesia (WVI) menggelar kampanye Baca Tanpa Batas untuk menjawab permasalahan rendahnya literasi anak di Papua.

Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan literasi anak-anak di Papua melalui Kampung Literasi, yang meliputi pembangunan 3 rumah baca, 5 motor pustaka, penyediaan materi kontekstual dan alat peraga, serta penguatan masyarakat dan pemerintah, termasuk melatih tutor, Selasa (11/7/2023)

Yuventa, Head of Public Engagement & Communications WVI, menyampaikan, “Kampanye Baca Tanpa Batas menyasar sektor pendidikan, khususnya pendidikan anak-anak di Papua.

Membaca di tahun-tahun pertama sekolah dasar sangat penting untuk daya ingat dan kelanjutan pendidikan anak di tahun-tahun berikutnya. Anak-anak di Papua punya potensi yang luar biasa, mereka bersemangat belajar hal baru, namun ada gap yang cukup besar antara tingkat literasi anak-anak di Papua dengan anak-anak di daerah lain. Karena itu, kami mengajak masyarakat luas untuk mewujudkan ekosistem literasi yang baik bagi anak-anak di Papua.”

Aktivitas literasi Papua paling rendah dari seluruh provinsi di Indonesia. Data survei literasi WVI di akhir tahun 2022 untuk area Sentani, Biak, Pegunungan Tengah, dan Asmat, menemukan rata-rata hanya 36,1% (N=728) anak kelas 3 SD di Papua yang memiliki keterampilan membaca dengan pemahaman.

 

“Dari empat area dampingan WVI, anak-anak di kabupaten Asmat yang keterampilan literasinya paling rendah, hanya 26,5%. Kurang dari 10% guru di Asmat yang melakukan kegiatan literasi dasar di sekolah. Guru jarang membacakan buku cerita di kelas, jarang bertanya pada anak apa yang sedang mereka baca, dan jarang mengajarkan kosa kata baru. Anak-anak kelas 3 SD di Asmat hanya bisa membaca 5 kata dengan benar dalam waktu satu menit, sedangkan standarnya murid kelas 3 SD bisa membaca sampai 80 kata per menitnya”, ungkap Marthen S. Sambo, Education Team Leader WVI.

Dalam budaya Papua, budaya tutur mendominasi dibandingkan budaya tulis, karena itu isu literasi jadi persoalan turun temurun. Masih ditemukan juga guru-guru yang tidak menguasai literasi, yang berdampak pada didorongnya anak-anak membaca buku tapi guru tidak dapat mendampingi.

Halaman:

Editor: Fransisca Kusuma


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x