Merindukan Status Terhormat Pendidikan, Oleh : Drs. Jan Willem Ongge, M.Pd, M.Th

- 9 Agustus 2022, 11:33 WIB
Ilustrasi para pelajar di Biak Numfor saat mengikuti parade karnaval semarakan HUT Kemenrdekaan Indonesia  ke - 77 tahun.
Ilustrasi para pelajar di Biak Numfor saat mengikuti parade karnaval semarakan HUT Kemenrdekaan Indonesia ke - 77 tahun. /

PORTAL PAPUA  - Merindukan Status Terhormat Pendidikan.

Oleh : Drs. Jan Willem Ongge, M.Pd, M.Th., mahasiswa program Doctor Ilmu Komunikasi Universitas Ciber Asia.

ADA tiga kesalahan besar yang melekat pada kebijakan, system dan praktik pendidikan dinegeri ini. Pertama, selama ini masalah pendidikan tidak pernah dianggap sebagai isu politik. Sebaliknya diarahkan untuk kemenangan politik pragmatis, dalam arti bukan sebagai rekayasa budaya tetapi bagian dari proses pemenangan ideologi politik.

Baca Juga: Perkuat Kunjungan Menkumham ke Biak dan Jayapura, Kanwil Papua Gelar Rapat Bersama Dengan Semua Jajaran

Letak strategisnya praktis pendidikan tidak dipusatkan pada kepentingan peserta didik,melainkan dinilai strategis karena menjangkau semua lapisan masyarakat. Karena departemen pendidikan bukan departeman strategis, maka jabatan menteri pendidikan dianggap sebagai “hadiah menghibur”. Sebagai stroostprijs bagi partai politik,”.

Kesalahan kedua, para politisi kita lupa bahwa kondisi kehidupan sekarang akan mempengaruhi kondisi kehidupan ekonomi dan politik di masa depan. Kalau kondisi kegiatan pendidikan dibiarkan sebagai persoalan sekunder atau persoalan terakhir, dapat diramalkan kehidupan ekonomi dan politik Indonesia di masa 15 tahun ke depan akan menyedihkan.

Kesalahan yang dilakukanb hari ini akan kelihatan pada 50 tahun kemudian. Kita selalu menganggungkan disiplin, kejujuran, bekerja tuntas para bapak bangsa akita, tetapi kita lupa bahwa mereka adalah hasil pendidikan colonial Belanda.

Warisan pendidikan colonial yang sejalan dengan keharusan proses pendidikan , dirusak Jepang. Meskipun hanya 3,5 tahun menjajah, dominasi fasisme dan militerisme sebagai ideologi sangat terasa, di antaranya dalam praksis pendidikan . Hasil pendidikan zaman colonial Jepang hanya menyisahkan generasi fasis, tidak humanis. Keadaan ini berbeda dari hasil didikan Belanda meskipun baru dijalankan setelah sukses Tanam Paksa yang kuat dengan materi humaniora, tidak fasistis, dan terbedakan betul pendidikan untuk militer dan untuk manusia Indonesia.

Baca Juga: Kisah Dedy Haryanto, Kiper Persipura yang Tampil Gemilang di Liga Amadora dan Ditawarin Jadi Warga Timor Leste

Halaman:

Editor: Fransisca Kusuma


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x