Interseksi Antara Kelompok Bersenjata dan Jaringan Terorisme di Indonesia, Oleh Steve Rick Elson Mara, S.H.

- 14 Mei 2022, 00:20 WIB
Steve Rick Elson Mara, S.H.,M.Han. (Penulis Buku Kita Semua Mau Hidup Damai)
Steve Rick Elson Mara, S.H.,M.Han. (Penulis Buku Kita Semua Mau Hidup Damai) /Portal Papua/

Di Asia tenggara sendiri khususnya Indonesia, sudah ada beberapa kelompok yang terafiliasi kelompok terorisme dan masih aktif pergerakannya adalah Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah  Ansharut Khilafah (JAK), Negara Islam Indonesia (NII), dan MIT (Mujahidin Indonesia Timur).

 

Penulis mengamati aksi terorisme terus mengalami perkembangan melalui daring karena perkembangan teknologi sehingga muncul banyak simpatisan teorisme. Penyebaran paham terorisme melalui media sosial seperti ajakan ayo membela Isis yang pernah disampaikan oleh salah satu ketua organisasi di Indonesia. Perkembangan NII di daerah sumatera dalam beberapa bulan terakhir juga mengalami peningkatan setelah adanya penangkapan 16 terduga teroris (sumber : news.detik.com 16 tersangka teroris yang ditangkap densus adalah jaringan NII).

 

Pergerakan KKB di Papua dan Jaringan terorisme menunjukan kepada kita bahwa Indonesia saat ini sedang menghadapi ancaman multidomain, bahwa ancaman datang dari berbagai sisi yaitu secara nyata dan juga cyberwarfare. Penulis melihat dinamika ancaman perang ini sudah memasuki perang generasi ke-6 yaitu perang kognitif.

 Baca Juga: Paulus Waterpauw Resmi Dilantik Sebagai Penjabat Gubernur Papua Barat

Perang kognitif masuk melalui pemahaman baru dan intepretasi yang dibangun untuk merusak semangat persatuan dan kesatuan bangsa, dengan hal tersebut seseorang yang sudah terpapar akan merasa bahwa persatuan dan kesatuan bangsa tidak lebih penting dari tindakan terorisme, radikalisme dan kriminalisme. Dengan merusak kognitif generasi muda, maka kelompok kepentingan tersebut akan berhasil merusak masa depan bangsa.

 

Secara eksplisit hal ini telah terlihat dimasyarakat bahwa banyak kelompok penentang pemerintah hadir dimasyarakat, bukan untuk menyuarakan persatuan tetapi menyuarakan perpecahan, dari kelompok terorisme, simpatisan terorisme, hingga kelompok yang dikategorikan sebagai teorisme di Papua.

 

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x