167 Tahun Injil Masuk Tanah Papua Sejak 1855 - 2022, Inilah Riwayat Hidup Misionaris Ottow dan Geissler

- 5 Februari 2022, 17:48 WIB
/

Hari itu tepatnya tanggal 26 juni 1852 dengan menumpang kapal Abel Tasman berangkat dari Roterdam dan akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1852 tibalah mereka di Batavia (sekarang Jakarta) diantara mereka yang diutus itu ada yang pergi ke pulau-pulau Sangir Talaud dan Halmahera sedang Ottow dan Geissler khusus untuk daerah Papua.

Ottow dan Geissler menuju ke Papua. Perjalanan pertama dari Belanda – Indonesia (Batavia) sudah dilalui, walaupun permulaan itu amat sukar karena tempat tujuan itu belum pasti, tetapi bagi pekabar Injil pengalaman itu diterima denga penuh sukacita. Setelah tiba di Batavia, Ottow dan Geissler tidak diizinkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk melanjutkan perjalanan ke Papuan. Pemerintah HB, tidak mengizinkan orang yang bukan warga negara Belanda masuk ke daerah lain di Indonesia yang adalah wilayah jajahannya. Ada dua alasan yakni:

  1. Soal keamanan dan keselamatan dari ke dua pekabaran Injil itu,
  2. Pemerintah HB mencurigai orang lain yang masuk ke daerah jajahan mereka.

Ottow dan Geissler ke Papua jika ada bukti-bukti dan argumentasi yang kuat dan yang meyakinkan bahwa tempat dimana mereka tujui tidak akan menimbulkan malapetaka bagi mereka. Karena daerah Papua dianggap sebagai daerah yang penduduknya terkenal dalam hal peperangan, perampokan, liar dan sebagainya.

Alasan itu menyebabkan Ottow dan Geissler tinggal kurang lebih satu setengah tahun di Batavia sambil menunggu surat izin yang di keluarkan pemerintah HB, Geissler menyelenggerakan suatu sekolah di Batavia, sedang Ottow pergi ke sebuah kampung Makasa, disana ia membuka sekolah bagi anak-anak Tionghoa dan Sunda.

\Selama menunggu akhirnya izin ke Papua itu dikeluarkan (sebuah pas), tetapi terbatas hanya sampai ke Ternate. Izin itu diusahakan oleh suatu badan zending di Batavia “Het Genootsvhap Voor In-en Vitwendige zending”. Badan ini yang berfungsi untuk menupang para utusan yang datang dari Eropa. Demikian Ottow dan Geissler ditampung oleh badan sending ini. Mereka hanya sampai ke Ternate, karena ke Papua ada kemungkinan untuk mengutus para pekabar injil kesana. Hal itu didukung oleh laporan-laporan yang diperoleh bahwa Manokwari (teluk doreh) Barat Daya Papua, dikatakan bahwa penduduk itu bisa diajak bicara (berkomunikasih) Laporan tersebut berasal dari seorang anggota zeding G.F. De Bruin Kops, yang pada tahun 1850, ikut kapal perang “Circe” (Belanda) Ke Nieuw Guinea dengan tujuan mengadakan penyelidikan ilmiah dalam rangkah menetukan batas Wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Di katakan Demikian.

“Teluk Doreh memberikan kesan baik dan menguntungkan daerah yang sangat cocok untuk menjadi tempat tinggal, selain teluknya yang aman, Indah permai terdapat juga air minum,yang melimpah ruah. Daratan Doreh memiliki tanah yang subur, beriklim sehat dan segar juga terdapat bahan baku rotan, taripan dsb, untuk bahan perdagagan. Pulau-pulaunya berdekat dan pendudukanya yang ramah, lemah lembut, sekalipun mereka kelihatan malas terutama kaum lelakinya yang suka tidur dan merokok, namun mereka bisa dapat bekerja. Disana banyak perahu layar yang datang singgah dan pergi. Tampan dan bangunan tubuh mereka bersih dan rapih, bermata bening, gigi mereka berderet putih, mudah senyum dan dapat dipercayai”

Berdasarkan laporan ini maka pemerintah HB, mengeluarkan izin bagi Ottow dan Geissler, walaupun terbatas hanya sampai di Ternate. Tanggal 18 Mei 1854 diadakan kebaktian perpisahan dengan Ottow dan Geissler di Batavia. Doa-doa yang di naikan penuh penyerahan kepada Tuhan karena disadari bahwa pergi ketanah papua mengandung bahaya bagi keduanya. Kebaktian perpisahan itu memberi kesan yang dalam baik bagi Ottow maupun Geissler, karena mereka berangkat menuju kemasa depan yang oleh banyak orang dilukiskan sebagai daerah hitam, “Wilayah Iblis” kebaktian perpisahan itu mengharukan sampai membuat Geissler tertikan dalam batin lalu ia menulis dalam catatan harianny demikian: Kami pergi ke daerah yang belum pernah ada seorang pekabar injil, kami tidak mengharapkan pertolongan dari orang lain selain kepada Dia yang mengatakan “Aku menyertai kamu sampai kepada akhir hidup Mat 28:20”

Pada tanggal 30 Mei 1854 Ottow dan Geissler tiba di Ternate, mereka menumpan dirumah Pdt. J. E Hoveker, yang sudah sejak tahun 1833 menjadi Pendeta di satu jemaat di sana. Dan rumahnya dijadikan sebagai tempat penampungan para pekabar injil dari dan ke Papua. Disini Ottow dan Geissler bertemu dengan tuan Duivenbode (Pemilik kapal sekunar) yang melayani kepulauan Maluku dan Papua untuk maksud perdagangan.

Pdt. Hoveker-pun berkebratan karena besarnya resiko dan tidak ada perlindungan dari pemerintahan. Walaupun dengan kemauan keras Ottow dan Geissler tetap melaksanakan niat mereka. Bagi mereka itu merupakan kehendak Tuhan, sehingga mereka tetap ke Papua. Tekat itu begitu kuat, sehingga Pdt. Hoveker menulis: “Bahwa Ottow dan Geissler sudah merasa yakin bahwa Tuhan berkehendak ke Papua maka, saya pun merasa demikian, sebab seandainya segala kebratan dan berita nekatif yang mereke dengar pastilah mereke menerima anjuran dan nasehat saya”. Pertimbang lain adalah megenai tempat dimana mereka akan menetap, maka teluk doreh sebagai tempat tinggal, karena daerah sengat strategis dan terlindung dari angin pada segala jurusan.

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: apostolosajami.blogspot.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x