Anak Muda Asli Papua Calon Doktor Hukum, Methodius Kossay Luncurkan Yayasan Harapan Generasi Papua

- 28 Mei 2022, 13:34 WIB
Ketua Yayasan Harapan Generasi Papua (HGMP) Methodius Kossay, SH, M.Hum, berbicara saat peluncuran (launching) yayasan dan diskusi secara virtual di Jakarta, Sabtu, 28 Mei 2022.
Ketua Yayasan Harapan Generasi Papua (HGMP) Methodius Kossay, SH, M.Hum, berbicara saat peluncuran (launching) yayasan dan diskusi secara virtual di Jakarta, Sabtu, 28 Mei 2022. /Foto: Dok. Yayasan Harapan Generasi Papua/

 Baca Juga: Tidak Bertemu Perwakilan Manajemen, Ini 7 Pernyataan Sikap Solidaritas Masyarakat Papua Pecinta Persipura

“Frasa ‘harapan generasi Papua’ ini bukan berarti generasi Papua tidak memiliki apa-apa. Bukan pula mereka tidak memiliki orang-orang seperti keluarga dan lain sebagainya tetapi tentang nilai yang mereka miliki atau tujuan hidup. Mungkin saja ada yang sekadar berpikir cukup saja mereka bisa hidup hari ini tetapi tidak memiliki visi besar tentang apa yang bisa dilakukan agar berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Nah, visi berguna bagi orang lain saya pikir di Papua masih sangat minim,” kata Hesegem. Diskusi dipandu Melania Lepir, mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Selinus Reyhard Wonda, alumni SMA Sang Timur Yogyakarta dan putra asli Papua yang tengah bersiap diri memasuki bangku kuliah.

 

Metho Kossay pada Jumat,  30 Juli  menerbitkan buku karyanya berjudul Menangkal Paradigma Negatif dengan Prestasi. Buku ini merupakan karya kedua setelah ia sukses menulis buku perdananya, Perilaku Mahasiswa Papua Dalam  Mengkonsumsi  Minuman  Keras  Dalam  Perspektif  Sosiologi Hukum.

 

Menurut Metho, buku Menangkal Paradigma Negatif dengan Prestasi merupakan otobiografi yang merekam jejak perjalanan dan perjuangan hidupnya dimulai di Wamena, Kabupaten Jayawijaya hingga hijrah ke Semarang, Jawa Tengah melanjutkan sekolah dasar kemudian ke Yogyakarta menyelesaikan sekolah menengah hingga kuliah di Fakultas Hukum dan Program Magister Hukum di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

 

“Buku ini merupakan karya saya yang kedua. Lebih merupakan otobiografi, perjalanan hidup saya mulai SD di Wamena kemudian pindah dan melanjutkan SD di Semarang. Alasan pindah ke Jawa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Buku ini merekam saya sebagai seorang anak kampung dari Pikhe dari Lembah Baliem. Sejak umur 9 tahun saya berpisah dari orang tua lalu nekat ke Jawa agar dapat melanjutkan pendidikan,” ujar Metho di Jakarta, Jumat.

 

Menurut Metho, sejak SD hingga kuliah S-2 banyak tantangan yang ia hadapi baik di lingkup masyarakat tempat tinggal, sekolah hingga kampus. Namun, bermodal niat, kemauan, tekad, dan dukungan berbagai komunitas mendorongnya tetap maju mewujudkan cita-cita.

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x