Berpisah Dari Ramadan dengan Penuh 'Hormat', Oleh : Muhammad Nasril

- 10 April 2024, 01:07 WIB
Muhammad Nasril, Lc. MA (ASN Kemenag Aceh Besar &  Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Jakarta (Program BIB Kemenag-LPDP)
Muhammad Nasril, Lc. MA (ASN Kemenag Aceh Besar & Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Jakarta (Program BIB Kemenag-LPDP) /Kemenag.go.id/

PORTAL PAPUA - Saat ini kita sudah berada di penghujung Ramadan 1445 H, sebentar lagi tamu istimewa ini akan pergi meninggalkan kita. Tidak ada yang mampu menghalanginya agar bertahan lebih lama. Berada di hari akhir Ramadan adalah sebuah kesempatan dan anugerah yang patut disyukuri. Artinya, kita masih diberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik dan meraih berkah Ramadan.

Sungguh, kita menyadarinya atau memang tidak sadar sama sekali kalau ia pergi begitu cepat, berjalan seperti angin, namun kita terlalu santai bahkan lambat meresponnya. Kita tidak menggunakan full power dan tidak memanfaatkan waktu bersamanya dengan baik. Bahkan banyak waktu terlewati begitu saja. Banyak amalan yang luput, kadang kita juga melewati hari-hari Ramadan ini seperti hari-hari biasa di bulan lain. Bahkan ada fenomena unik di tempat kita, yaitu lebih fokus menyiapkan bekal untuk Idul Fitri daripada persiapan perpisahan dengan Ramadan.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bagaimana Rasulullah SAW bersunggung-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir dengan segala kebaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ummul Mu’minin Aisyah r.a “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).

Semestinya hadits ini bisa menjadi motivasi untuk kita dalam menghidupkan kebaikan di babak final, melebihi dari biasanya. Pada tahap ini, kita betul-betul totalitas dalam amal kebaikan, bukan membiarkan kesempatan itu terbuang begitu saja. Namun kita berharap semoga kita termasuk orang yang sukses, hasil tempaan madrasah Ramadan.

Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari). Artinya, masih ada kesempatan untuk kita menutup segala kekurangan sebelumnya, dengan bersungguh-sungguh beramal saleh sampai Ramadan pergi. Kalau pun di awal kurang peduli, waktu terlewati begitu saja, setidaknya bisa memperbaiki di waktu yang masih tersisa ini.

Sejatinya, menjelang berpisah dengan Ramadan atau di 10 hari terakhir, amal ibadah kita lebih dahsyat dari sebelumnya, seperti yang dilaksanakan para pendahulu kita (Salafusshalih), mereka fokus beribadah di akhir Ramadan.

Bagi mereka, waktu Ramadan itu sangat terbatas, jadi mereka tidak menyia-nyiakannya. Sementara kita, masih jauh dan sangat jauh, kadang seakan menjalani rutinitas Ramadan hanya sebatas kewaijban, baca Al-Qur'an juga kurang, amaliah-amaliah lainnya juga seperti biasa.

Meskipun belum bisa seperti mereka yang menangis tersedu karena berpisah dengan Ramadan. Padahal, sehari-hari mereka menjalani Ramadan dengan sempurna, fokus dan khusyuk memanfaatkan setiap detik waktu Ramadan, apalagi di 10 terakhir. Mereka fokus, i'tikaf, mengurangi tidur, semakin rajin dalam ketaatan, mereka biarkan kelelahan dalam ketaatan. Namun, kita harus tetap semangat berjuang di waktu tersisa, berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ampunan Allah SWT sebelum Ramadan pergi.

Setidaknya, kita menyiapkan perpisahan dari Ramadan dengan penuh hormat. Yaitu, dalam keadaan melaksanakan amalan-amalan saleh, berbuat baik kepada sesama, meminta ampunan Allah Swt dan tentu amalan saleh lainnya. Kita dituntut untuk fokus di waktu tersisa dan bahkan kalau bisa lebih dasyat walau waktu tersisa sedikit lagi.

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x