Inilah Sejumlah Suvenir yang Tidak Boleh Dibawa Keluar Papua, Salah Satunya Telur Kasuari

- 24 April 2021, 08:12 WIB
Inilah Sejumlah Suvenir yang Tidak Boleh Dibawa Keluar Papua, Salah Satunya Telur Kasuari,foto/istimewa
Inilah Sejumlah Suvenir yang Tidak Boleh Dibawa Keluar Papua, Salah Satunya Telur Kasuari,foto/istimewa /

PORTAL PAPUA-Setiap wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat atau daerah biasanya membawa pulang cendera mata atau suvenir yang menjadi ciri khas dari tempat atau daerah yang dikunjungi.

Papua yang merupakan salah satu daerah yang menjadi obyek wisatawan karena keindahan alamnya yang sangat memesona tentu saja bertaburan suvenir atau oleh-oleh seperti noken, koteka, kopi, atau berbagai benda khas lainnya.

Namun, tahukah Anda bahwa di Papua ada juga benda yang biasanya dijadikan suvenir tapi tak boleh dibawa keluar Papua.

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto pun membenarkan hal tersebut.
Ia mengatakan salah satu benda yang biasa menjadi suvenir adalah telur burung kasuari.

Baca Juga: DPRP Kritisi Buruknya Komunikasi PB PON Papua

Suvenir burung kasuari itu biasanya berupa cangkang yang telah dilukis. Cenderamata ini terkadang dijumpai di Pasar Seni Hamadi, Kota Jayapura, dan beberapa toko di Merauke.

"Jika wisatawan membeli suvenir telur burung kasuari yang sudah dilukis ini, jangan harap bisa membawanya keluar Papua. Akan ditahan di Karantina bandara," kata Hari Suroto pada Senin 19 April 2021 lalu.

Tentu saja, hal ini memiliki dasar hukum atau Undang-Undang. Dasarnya adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya termasuk burung kasuari di dalamnya.

Oleh sebab itu, apapun yang berkaitan dengan burung endemik Papua itu, baik burung yang masih hidup sampai telurnya dilarang dibawa keluar dari Papua.

Meskipun begitu, dalam undang-undang tersebut, ada pengecualian apabila untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, dan/atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa, namun harus ada izin resmi dari pemerintah.

Baca Juga: Komnas HAM Desak Pihak Kepolisian Usut Kasus Intimidasi Terhadap Jurnalis

Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Papua ini juga menjelaskan bahwa kasuari adalah burung soliter endemik Papua, Papua Nugini, dan Australia sehingga dilindungi keberadaannya.

Burung ini memiliki karakter hanya berkumpul untuk berkembang biak. Burung kasuari bertubuh besar tapi tidak dapat terbang. Burung ini hidup secara liar di hutan-hutan Papua.

Telur burung kasuari menjadi yang terbesar kedua setelah telur burung unta. Kasuari betina bertelur antara tiga sampai delapan butir. Telurnya berwarna hijau terang. Telur kasuari rata-rata berukuran 9 x 14 sentimeter dan bobotnya 650 hingga 750 gram.

Setelah bertelur di sarang serasah daun, kasuari betina kemudian meninggalkannya, kemudian kasuari jantan mengerami telur.

Kasuari jantan akan mengerami telur di sarang selama 50 sampai 52 hari, lalu melindungi anaknya selama sekitar sembilan bulan.

Baca Juga: Ini Daftar Lima Sektor yang Jadi Andalan Pembangunan di Wondama

Perlu juga diketahui bahwa sarang burung kasuari tersembunyi di dalam hutan, sehingga sangat sulit menemukannya, belum lagi jika menemukan sarangnya mesti berhadapan dengan kasuari jantan yang menjaga telur-telur.

"Kalaupun menemukan telur burung kasuari, siap-siap berhadapan dengan kasuari jantan yang siap menendang," jelas Hari Suroto.

Selama ini, telur burung kasuari memang diburu untuk dikonsumsi. Ada juga yang melukis cangkangnya untuk dijadikan suvenir khas Papua.

Oleh karena itu, pelarangan membawa telur kasuari sebagai suvenir keluar Papua tentu saja dilakukan demi melestarikan keberadaan burung kasuari sebagai salah satu hewan endemik Papua.

Hari Suroto pun mengimbau kepada segenap masyarakat Papua untuk dapat menjaga dan melestarikan burung kasuari dengan tidak mengonsumsi telur burung kasuari maupun membuat cangkang telur kasuari sebagai suvenir.

Baca Juga: Terry Putri Ungkap Kebahagiaan yang Ia Alami Perihal Zakat

"Jaga kelestarian burung kasuari dengan tidak mengonsumsi telurnya maupun membeli produk kerajinan berbahan cangkang telur kasuari," tuturnya.

Selain telur burung kasuari yang sudah dilukis, beberapa suvenir lain yang dilarang dibawa keluar Papua adalah tanduk rusa, pisau dari tulang kasuari dan tanduk rusa.

Selain itu, kupu-kupu sayap burung arfak yang diawetkan, hingga mahkota burung cenderawasih juga merupakan suvenir yang tidak boleh dibawa keluar Papua.

Adapun dompet dan tas kulit yang terbuat dari kulit buaya masih boleh dibawa keluar dari Papua, namun menurut Hari Suroto, dompet, tas kulit, dan aksesoris tersebut berasal dari kulit buaya hasil penangkaran

Editor: Atakey


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x