Toleransi Tanpa Korbankan Prinsip Aqidah, Umat Muslim Tetap Ucapkan Selamat Natal

- 26 Desember 2020, 18:34 WIB
Tangkapan layar: Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas (pojok kiri atas) berfoto bersama peserta perayaan Natal yang dihadiri olehk kalangan warga negara Indonesia di Amerika Serikat, Jumat (25/12/2020).
Tangkapan layar: Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas (pojok kiri atas) berfoto bersama peserta perayaan Natal yang dihadiri olehk kalangan warga negara Indonesia di Amerika Serikat, Jumat (25/12/2020). /ANTARA/HO-Indonesian American Association (IAA))

Hal serupa pun bisa diterapkan dalam bentuk-bentuk ucapan penuh toleransi kepada umat Nasrani tanpa melanggar sesuatu yang menjadi prinsip akidah di antaranya: "Semoga kedamaian kebahagiaan dan kesehatan selalu menyertai teman-teman yang merayakan Natal. Selamat Tahun Baru 2021 semoga selalu damai dalam kebhinekaan".

Baca Juga: Pandemi COVID-19 Masih Merebak, Penjualan Motor di Indonesia Turun hingga 43 Persen di November 2020

Aktivis Hubungan Antar-Agama dan Masyarakat Jappy M. Pellokila, sebagai umat Kristiani, mengatakan bahwa Natal merupakan Hari Raya yang ditetapkan Gereja Katolik dan kemudian diwariskan oleh Gereja Protestan untuk merayakan kelahiran Kristus berdasarkan usaha-usaha Para Bapa Gereja untuk menemukan tanggal historis kelahiran Yesus Kristus.

Menurut alumnus Sekolah Tinggi Filasafat dan Teologi Jakarta itu Natal sama sekali bukan perayaan pagan yang diadopsi ke dalam Kekristenan tetapi sebuah perayaan yang berasal dari dalam Gereja Katolik. Sekarang, setiap orang memiliki kebebasan untuk menolak atau pun mengakui siapa Yesus.

Terkait ucapan selamat Natal, Jappy sangat memahami prinsip dan akidah Umat Islam sehingga sejati-nya tak ada tuntutan apapun dari umat Kristiani kepada Muslim. Ia hanya terkadang risih dengan pro dan kontra yang timbul setiap tahunnya menjelang perayaan Natal.

Baca Juga: Baru Dilantik Jadi Mensos, Tri Rismaharini Disebut Sudah Langgar Undang-Undang hingga Diminta Mundur

Bagi Jappy hal itu sungguh sangat tidak perlu. Tanpa ucapan bagi mereka, Natal tetaplah Natal tanpa mengurangi kesakralannya.

Jadi, sejatinya selalu ada jalan tengah untuk semua, tetap bertoleransi tanpa mengorbankan prinsip akidah, tetap mengucapkan tanpa mengucapkan. Untuk Indonesia yang plural, maka toleransi adalah fondasi.***

Reporter: Elvis Romario

Halaman:

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah