BPBD Sumatra Barat Sebut gempa Bumi dan Tsunami Diprediksi Terjadi di Padang

13 November 2020, 17:59 WIB
/Ilustrasi tsunami. //pixabay/kellepics/

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Sumatra Barat (Sumbar) megatakan sesuai prediksi para ahli yang menerangkan jika terjadi patahan Megathrust Mentawai, maka akan terjadi gempa bumi berkekuatan 8,9 magnitudo dan tsunami di Kota Padang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Sumbar Syahrazad Jamil menambahkan gelombang tsunami di Kota Pdang akan setinggi 6 hingga 10 meter.

Baca Juga: Pangdam XVIII/Kasuari Hadiri Acara Pelantikan Pimpinan Wilayah Pangd Masjid Indonesia Provinsi Papua

"20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang tsunami di Kota Padang setinggi enam hingga 10 meter dengan jarak dua hingga lima kilometer," katanya, saat diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana tsunami di Provinsi Sumbar  seperti dilansir Antara, Jumat 13 November 2020.

Jumlah total penduduk yang terdampak dari bencana tsunami tersebut diprediksi setidaknya ada 1,3 juta orang. Jika menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal dunia, 52.367 hilang dan 103.225 mengalami luka-luka.

"Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Minangkabau hancur, itu prediksi para ahli," katanya.

Baca Juga: Sempat Positif COVID-19, Valentino Rossi Dipastikan Ikut MotoGP Valencia, Simak Jadwal Live

Sebagaimana diberitakan Jurnalgaya.com dalam artikel, "Kota Padang Terancam Diterjang Gempa 8,9 Magnitudo Disusul Tsunami 10 meter Sejauh 5 kilometer",  disebutkan, Pulau Sumatera sudah mengalami beberapa kali bencana tsunami. Khusus di Sumbar, tsunami terjadi di Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010 dengan menelan korban jiwa hingga 408 orang.

Untuk mewaspadai kemungkinan terburuk tersebut, Provinsi tsunami melakukan berbagai upaya, di antaranya membangun kemitraan dan koordinasi bersama Non Governmnet Organization (NGO) nasional maupun internasional termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Baca Juga: Pembangunan Embung Marsi, Alex Leda : Secara Teknis Bermanfaat

Pemerintah, lanjut dia, juga bekerja sama dalam pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan kelompok siaga bencana hingga tingkat desa atau kelurahan.

Selanjutnya, kerja sama dengan TNI dan Polri terus diperkuat dalam hal penanggulangan bencana termasuk dengan perguruan tinggi negeri maupun swasta di provinsi tersebut.

Tidak hanya itu, program dan kegiatan pengurangan risiko bencana juga terus dikuatkan dengan membentuk satuan pendidikan aman bencana, kelompok siaga bencana, latihan evakuasi mandiri dan pembangunan sarana mitigasi serta evakuasi berupa shelter, peta jalur evakuasi, dan peringatan dini.

Baca Juga: Peneliti Inggris Temukan Penderita COVID-19 Lebih Tinggi Terkena Penyakit Mental

"Bantuan shelter yang kita bangun memberikan rasa aman bagi masyarakat. Apalagi, sejak kejadian gempa 2009 sudah menjamur bangunan seperti hotel yang memberikan rasa aman," katanya.***(Muhammad Rasya/Jurnalgaya.com)

 
 
Editor: Paul

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler