Dulu Jadi Korban KDRT, Kini Jadi Motivator, Ketua Tani, Hidup Harmonis

- 14 April 2022, 14:35 WIB
Mama Susan Sanggrangbano/Kekri, warga Kampung Bunyom, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua. Richard (PP)
Mama Susan Sanggrangbano/Kekri, warga Kampung Bunyom, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua. Richard (PP) /

PORTAL PAPUA - Hidup tak enak, penuh penyiksaan dalam rumah tangga, lantaran suaminya yang tak segan-segan melakukan kekarasan fisik, hingga tak ada satu pun tubuh yang tak luput dari kekerasan.

Kekerasan itu selalu dan selalu dialami oleh Mama Susan Sanggrangbano/Kekri, warga Kampung Bunyom, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, Papua, oleh sang suami sendiri.

Suatu waktu saat Mama Susan mengalami kekerasan fisik, disaat itulah ia mengambil sikap untuk pulang ke orang tuanya.  

Baca Juga: Maria Louisa Rumateray, Itulah Sosok Dokter Terbang Yang Melayani Kesehatan di Pedalaman Papua

Kedua orang tua dan keluarga, ketika melihat kondisi anak mereka (Mama Susan) dalam keadaan tubuh berlumuran darah, orang tua bersama keluarganya marah dan mengantarkan Mama Susan ke Kantor Polisi guna melaporkan kekerasan fisik yang dialaminya tersebut.  

Sesampainya di Kantor Polisi, mediasi persoalan pun dilakukan, dimana Mama Susan ditannyai oleh Polisi, apakah proses persoalannya ini dilanjutkan ke proses hukum?, dan untuk sementara waktu, Mama Susan berpisah dengan suami?, dan kembali ke keluarga dan orang tua Mama Susan?.    

“Waktu di depan polisi mama bicara tidak ada proses hukum, kita pulang, dan mama pulang kembali ke rumah suami,” ujar Mama Susan, mengawali ceritanya, kepada Portal Papua.Com, Rabu 6 April 2022, pekan kemarin, di Kampung Bunyom, Distrik Nimboran.  

Baca Juga: Bupati Jayapura Apresiasi Kampung Demoikisi Dengan Tatanan Adatnya Yang Masih Kuat

Sekembalinya Mama Susan di rumah suaminya, dimana keluarga, utamanya keponakan dari suami Mama Susan lantas menegur dan mamarahi om mereka (suami Mama Susan).

“Om ada uang berapa untuk bayar ini perempuan (tanta) ini, kalau om main pukul-pukul terus, kalau tanta meninggal dan keluarganya tuntut bayar, om uang ada ka,” sebut Mama Susan, mengisahkan ucapan itu.      

Masuk 2015, waktu itu ada penyuluhan tentang perlindungan terhadap perempuan, masuk dikampung, dan mama ikut sebagai salah satu pesertanya.   

Setelah mengikuti penyuluhan tersebut dan mendapat materi ke materi, mama lansung paham bahwa ternyata kami perempuan ada undang-undang yang melindungi kami jika mendapat kekerasan dalam rumah tangga, seperti KDRT.    

Baca Juga: Mengenal Dua Makanan Local Suku Genyem, Ubi Gula dan Syapu

“Setelah mendapat ilmu itu, mama pulang dan sampaikan ke bapa (suami), bahwa kami perempuan ada undang-undang yang melindungi kami. Kalau bapa masih main pukul-pukul terus, bapa bisa masuk penjara. Dan saat itu bapa mulai takut untuk pukul-pukul mama lagi,” ujar Mama Susan.

Dan sejak saat itu, sebut Mama Susan, bapa (suaminya) tidak lagi melakukan kekerasan, melainkan membantu mama masak dan cuci piring di rumah.  

Disingung soal mengapa bapa saat itu suka melakukan kekerasan ke mama, dan itu karena apa?, tutur Mama Susan, saat itu bapa ketahuan selingkuh, dan mama tau itu, jadi bapa marah, main pukul-pukul.  

Baca Juga: Alfonsina Yuliana Ondi Atlet Difabel Peraih Emas PEPARNAS XVI Papua, Jadi Berkat Bagi Keluarga  

“Masa perkawinan mama dengan bapa itu sejak tahun 1980, hingga sekarang, kami dikasih berkat Tuhan memiliki 2 anak, 1 laki-laki, 1 perempuan, dan kini kami sudah punya 2 cucu,” cerita Mama Susan.

Oh ia mama, kenapa mama bisa mendapat status disebut sebagai Ketua Kelompok Tani, itu bagaimana?

Sebut mama, pertama itu mereka main arisan, mama yang bentuk arisan itu dikampung, dan saat itu kita mulai kumpul-kumpul.  

“Karena sering kumpul-kumpul dan berdiskusi, kami berpikir lagi untuk apa main arisan. Bagaimana kalau kita buat kelompok kerja, dengan mamanfaatkan halaman disekitar rumah kita, atau dikebun kita,” ujarnya.

Baca Juga: Sinode GKI di Tanah Papua Kukuhkan Tugu Pekabaran Injil di Jemaat GKI Eben Haezer Demoikisi

Saat itu mereka mulai aktif menanam tumbuhan seadanya, mulai dari halaman rumah, kebun setiap harinya, dengan memanfaatkan waktu kerja selama dua jam saja, mulai kerja dari jam 6 pagi, dan pulang jam 8 pagi.

Setelah berjalan, karena jumlah anggota mereka kian bertambah, mereka pun beriniasiatif membentuk kelompok yang legal, agar jika ada pihak maupun pemerintah yang mau mendukung dan membantu mereka dengan bibit, atau pun bantuan lainnya bisa dipertanggungjawabkan.

Tampak Perbincangan Antara Mama Susan Sanggrangbano/Kekri (kanan), Bersama Richard Mayor (kiri), Konten Kreator dan Jurnalis Papua. Richard (PP)
Tampak Perbincangan Antara Mama Susan Sanggrangbano/Kekri (kanan), Bersama Richard Mayor (kiri), Konten Kreator dan Jurnalis Papua. Richard (PP)

“Saat itu mama lansung bentuk kelompok tani dengan AD-ARTnya, dan lansung kami daftar ke Kesbangpol Kabupaten Jayapura, dengan uang pendaftaran 5 juta, dari swadaya mama dengan anggota,” sebut Mama lagi.

Setelah terbentuk kelompok tani dan legal, saat itu mereka mulai ditawari oleh  Dinas Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Jayapura untuk membuat proposal guna mendapat bantuan.

“Waktu mama masukan proposal, mama mendapat bantuan 30 Juta,” sebutnya.

Dari uang senilai 30 juta itu kami mulai melakukan pengembangan dengan menanam jagung, kacang tanah, tomat, hingga padi, diluas lahan 1 hektar.   

Baca Juga: Hengkangnya Kevin Rumakiek dari Persipura, Mengisahkan Tentang Adik dan Kaka Dalam Satu Tim

Iya mama, tanaman lain seperti jagung dan kacang tanah inikan biasa, bagaimana mama dengan kelompok tau cara menanam padi ini?

Sebut mama, kalau soal tanam padi mama sejak kecil waktu sekolah dasar, sudah melihat dan ikut dalam proses tanam padi dan panen padi.

“Jadi padi yang mama tanam dikebun 1 hektar itu, mama tanam padi sempat, atau padi kering, dilahan yang kering,” ucapnya.  

Aktifitas berkebun ini, mama telah memulainya sejak tahun 2015 lalu, dan hingga kini mama memiliki anggota sebanyak 32 orang.

Dari 32 orang itu, mereka juga telah merekrut anggota-anggota baru dibawa mereka, hingga sekarang sudah berjumlah ratusan orang anggota.

Baca Juga: Ramai Rumakiek Masih di Persipura Jayapura, Sang Kakak Yang Habis Kontrak!

Mama inikan dunia semakin maju, orang kan tentu kerja menuntut tentang finansial, bagaimana cara mama menyampaikan kepada anggota?

Saya selalu sampaikan kepada anggota, kalau pun ada bantuan baik dari pemerintah atau pun pihak lain, itu mereka sedikit saja, kita yang harus kembangkan untuk mendapat lebih banyak.

“Bantuan dari mereka itu kita tidak kembalikan, tetapi dari bantuan mereka itu kita manfaatkan dengan melakukan dengan baik, rajin, tekun dalam bekerja, sehingga kita mendapat hasil yang banyak dari kebun kita, dan kita jual, disitulah keutungan kita,” sebutnya lagi.

Baca Juga: Masyarakat Kampung Demoikisi Siap Merayakan 1 Abad Injil Masuk di Kampung Mereka

Mama yang terkahir, mungkin mama bisa pesankan terhadap saudara-saudara kita, khususnya perempuan Papua, yang juga mengalami kekerasan fisik yang sama, dan kebanyakan mereka juga beralih ke kegiatan-kegitaan yang negatif, tapi juga memilih untuk bunuh diri, karena tadak puas menahan penderitaan mereka, dan mama tetap kuat dan keluar dari situasi ini. Pesan terhadap perempuan-perempuan Papua lainnya seperti apa?   

Ia mama sekarang sebagai seorang motivator, selalu mama sampaikan dalam setiap pertemuan-pertemuan tentang perlindungan terhadap kaum perempuan, khususnya kepada perempuan-perempuan di wilayah Distrik Nimboran, Nimbokran dan Namblong, untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan, berupa penyuluhan atau pun seminar-seminar yang disampaikan oleh pemerintah atau pun pihak lainnya, agar kita mendapat informasi dan pengetahuan baru tentang hal-hal yang baru, sehingga kita bisa kuat melewati apa yang kita alami.  

Baca Juga: Wauw!! Indahnya Kampung Demoikisi Dimalam Hari, Bagaikan Hongkong ke-Tiga

“Dulu mama punya suami suka pukul-pukul mama, tapi mama tidak mengambil langkah-langkah negatif sampai mau bunuh diri. Mama tetap kuat, dan selalu aktif menghadiri dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dibuat di kampung. Jadi sekarang mama dengan bapa sudah hidup harmonis,” tutur Mama Susan. ***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

  

 

 

  

 

 

 

   

  

 

 

Editor: Richard Mayor


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x