Bedah Pernyataan Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe : Orang Papua Tidak Happy “Bahagia”, Kenapa ?

- 14 Februari 2022, 20:55 WIB
Ekspresi Lukas Enembe mengungkapkan isi hati masyarakat Papua.
Ekspresi Lukas Enembe mengungkapkan isi hati masyarakat Papua. /twitter.com/@andreasharsono/

Berkaca dari pernyataan Gubernur Papua maka kita perlu membedah satu persatu kebutuhan dasar orang Papua secara umum yang terpenuhi maupun tidak terpenuhi untuk mendapatkan maksud dari pernyataan tersebut.

 

Pertama, melihat kebutuhan fisiologis orang Papua yaitu kebutuhan makan dan minum sebagai kebutuhan paling dasar. seseorang tidak akan bahagia jika belum makan dan minum atau dalam keadaan kelaparan. Contoh paling nyata terjadi di kabupaten Asmat yaitu Gizi Buruk atau yang terjadi di Kabupaten Pegunungan Bintang lantaran terdapat kasus dehidrasi berat akibat diare dan gizi buruk atau kelaparan. Bahkan kasus di dua kabupaten tersebut merengut korban jiwa.

 

Faktor makan dan minum menjadi salah satu indikator, mengapa orang Papua disebut tidak bahagia di daerahnya sendiri. Bukan hanya di daerah Asmat dan Pegunungan Bintang, namun dibeberapa daerah lain seperti Nduga dan Intan Jaya sempat terjadi krisis bahan makanan karena konflik yang terjadi disana, masyarakat mengungsi, dan kekurangan stok akibat kesulitan memasok bahan makanan.

 

Hal ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama bahwa ketika masyarakat kita lapar maka setiap kepala daerah dan organ perangkat daerah lainnya harus bekerja ekstra untuk menjawab keluhan masyarakatnya. Dengan harapan harus ada didalam standar gizi yaitu 4 sehat dan 5 sempurna.

 

Kedua, Kebutuhan akan rasa aman, jika orang Papua tidak merasa aman tinggal didaerahnya sendiri maka hal tersebut juga memicu ketidakbahagiaan. Tingginya angka konflik horizontal dan konflik vertikal di Papua menyebabkan orang Papua kehilangan rasa aman.

 

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x