"Nyawa yang melayang akan lebih banyak jika kita tidak segera melakukan antisipasi," sebutnya lagi.
Salah seorang warga setempat, berusia 28 tahun, rumahnya hancur terbakar akibat perang.
Dia juga terpisah dengan suaminya saat kabur dari rumah bersama kedua anaknya untuk menyelamatkan diri saat perang terjadi.
"Saya mendengar banyak orang telah terbunuh dan saya sangat khawatir karena kedua anak saya masih kecil," sebutnya.
Baca Juga: Tak Tega Ibunya Dimarahi, Pemuda di Pinrang Bunuh Ayahnya
Michael Welly mengatakan, tensi di antara kedua kubu yang berperang masih sangat tinggi.
"Kedua kubu sempat menandatangani perjanjian damai pada Kamis pekan lalu. Namun, terjadi pertikaian antara 2 wanita terkait masalah rumah tangga," ujarnya.
"Hal itu memicu tensi di antara kedua kubu meninggi lagi seiring anggapan masing-masing bahwa salah satu pihak telah memulai lagi penyerangan," ucapnya mengimbuhkan.
Michael Welly mengatakan, perang antara Suku Agarabi dan Tapo dimulai pada akhir bulan Februari dan awal Maret 2021.