Belajar Sepakat Dalam Ketidaksepakatan, Renungan Penguatan Iman Kristen

18 Juni 2023, 11:27 WIB
Ilustrasi Yesus bersama murid-muridnya berada di ladang gandum. /lintaspapua.com/

 

PORTAL  PAPUA  - SEPAKAT DALAM KETIDAKSEPAKATAN. “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah” (Roma 13:1)

Setelah dinanti cukup lama siapa yang akan dipilih oleh Ibu Mega sebagai Capres, akhirnya Ibu Mega memutuskan Ganjar Pranowo sebagai Capres dari PDIP. Keputusan ini tentu saja harus disetujui dan dijalankan tanpa syarat oleh semua anggota partai, walaupun banyak di antara anggota partai secara pribadi tidak setuju Ganjar Pranowo sebagai Capres.

Sebelum keputusan ini diambil, beberapa kader telah menyuarakan bahwa Mbak Puan adalah Capres yang cocok menurut mereka. Namun, setelah Ketua Umum Partai, Ibu Mega, memutuskan bahwa Capresnya adalah Ganjar Pranowo maka semua anggota partai PDIP harus "sepakat dalam ketidaksepakatan".

Artinya, walaupun secara pribadi mereka tidak sepakat, mereka harus sepakat menjalankan keputusan Ketua Umum.

Apa yang terjadi jika mereka "tidak sepakat"? Tentu akan terjadi perpecahan seperti yang terjadi pada partai Golkar beberapa tahun lalu.

Partai ini telah ditinggalkan oleh kader utamanya dan mereka mendirikan partai sendiri karena mereka tidak sepakat dengan keputusan Ketua Umum pada saat itu. Partai Gerindra, Partai Hanura, dan Partai Nasdem adalah pecahan dari partai Golkar.

Bagaimana dengan gereja? Gereja beraliran Pentakosta, karena peraturan organisasinya yang paling longgar, adalah gereja yang paling sering mengalami perpecahan karena ketidaksepakatan. Itulah sebabnya gereja aliran Pentakosta memiliki sinode gereja yang paling banyak di Indonesia.

"Sepakat dalam ketidaksepakatan" seharusnya menjadi sikap yang wajar bagi anggota organisasi. Artinya, keputusan yang diambil, walaupun berbeda, harus diikuti bersama agar tidak terjadi perpecahan. Hal yang sama juga berlaku dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga. Bisa saja terjadi perbedaan keputusan antara suami dan istri, tetapi jika ingin rumah tangga tetap langgeng, istri harus mengambil sikap "sepakat dalam ketidaksepakatan" dengan keputusan yang telah ditetapkan oleh suaminya.

Tuhan Yesus, Diyakini sebagai Juruselamat Umat Manusia.

Dengan demikian, kesimpulannya, baik dalam organisasi gereja maupun organisasi lainnya, atau dalam keluarga, kita perlu mengembangkan budaya ketaatan diri dengan "sepakat dalam ketidaksepakatan" terhadap keputusan yang telah diputuskan oleh otoritas di atas kita, tanpa memperdulikan apakah keputusan itu sesuai atau tidak sesuai dengan pandangan kita. (DD)

Questions:
1. Apa yang dimaksud dengan ' sepakat dalam ketidaksepakatan'?
2. Wajarkah sikap 'sepakat dalam ketidaksepakatan'?

Values:
Sebagai Warga Kerajaan yang menjunjung tinggi ketaatan maka sikap mentaati seringkali adalah sikap yang harus memaksa diri.

Kingdom Quote:
Sikap yang taat, adalah sikap yang sepakat walau seringkali bertentangan dengan pendapat diri sendiri.***

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: rockministry.org

Tags

Terkini

Terpopuler