Mahasiswa Polije Berinovasi, Olah Sampah Plastik Jadi BBM Beroktan 95

7 Januari 2021, 11:41 WIB
Ilustrasi sampah plastik /PIXABAY/Hans

 

PORTAL PAPUA - Termotivasi dari permasalahan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah plastik serta menipisnya stok Bahan Bakar Minyak (BBM), mahasiswa Politeknik Negeri Jember (Polije) melakukan inovasi.

Inovasi yang dilakukan ialah mengolah sampah plastik menjadi BBM.

Sebelum sampah plastik diolah menjadi bahan bakar minyak. Terlebih dahulu, sampah plastik dibersihkan lalu dipotong-potong menjadi bagian kecil.

Baca Juga: Minta Maaf atas Perbuatannya, Gisel: Apa yang Dipertontonkan Tanpa Seizin Saya

Kemudian, dengan memanfaatkan alat pirolisis, sampah plastik yang sudah bersih dan dipotong-potong tersebut dibakar untuk menghasilkan uap cair dan menjadi BBM.

BBM yang dihasilkan dari olahan tersebut dapat menjadi pengganti premium maupun pertalite dengan nilai oktan 95, yang cukup bagus untuk dimanfaatkan kendaraan bermotor.

Sesuai takarannya, 20 kilogram sampah plastik bisa menghasilkan 3 liter minyak.

Baca Juga: Agnez Mo Tolak Tawaran Honor Rp1 M dari Strip Club Amerika Serikat, Ada Apa?

"Untuk kapasitas alat ini, 20 kilogram sampah plastik itu, akan menghasilkan 3 liter minyak. Untuk nilai oktannya sendiri lebih tinggi dari Pertamax, yaitu 95, kalau masih Pertamax, 92 untuk nilai oktannya," kata salah satu mahasisa Polije, Ilyas Taufikurahman, dikutip dari Antara.

Dengan inovasi ini, diharapkan masalah lingkungan akibat sampah plastik dapat teratasi dengan baik.

"Ini adalah sebagai alternatif, di mana kita sekarang lagi masalah lingkungan, sampah plastik yang masih banyak dan pengolahannya yang masih belum maksimal, maka kita menjadi sumber solusi yang bisa mengolah sampah plastik yang berguna bagi masyarakat," tutur dosen pembimbing, Aditya Wahyu.

Baca Juga: Tak Punya Asrama Definitif, IMT Tuntut Janji DPRD dan Pemerintah Tambrauw 7 Tahun Lalu

Aditya menambahkan bahwa BBM yang dihasilkan tersebut untuk saat ini hanya digunakan untuk kepentingan praktik perkuliahan dan operasional di lingkungan kampus.

Namun, tidak menutup kemungkinan, untuk ke depannya akan terus dikembangkan inovasi ini dan dapat diproduksi dalam jumlah banyak untuk digunakan masyarakat umum.*** (Elvis Romario)

 

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler