Usai Divaksin Guru Ini Malah Lumpuh

- 3 Mei 2021, 12:33 WIB
Seorang perawatmemegang jarum suntik berisi vaksin penyakit virus korona (COVID-19) yangdibuat oleh Institut Produk Biologi Beijing, unit anak perusahaan SinopharmChina National Biotec Group (CNBG), di pusat vaksinasi selama kunjungan yangdiselenggarakan pemerintah, di Beijing , Tiongkok, 15 April 2021.
Seorang perawatmemegang jarum suntik berisi vaksin penyakit virus korona (COVID-19) yangdibuat oleh Institut Produk Biologi Beijing, unit anak perusahaan SinopharmChina National Biotec Group (CNBG), di pusat vaksinasi selama kunjungan yangdiselenggarakan pemerintah, di Beijing , Tiongkok, 15 April 2021. /Reuters

 Baca Juga: Jose Mourinho Katakan Siap Latih Tim Rival Inter Milan

"Diagnosis dari DPJP RSHS: guillain barre syndrome," kata Prof Hindra.

Prof Hindra menerangkan kondisi GBS yang dialami guru Susan tidak terkait dengan vaksin COVID-19. Tidak cukup bukti untuk menunjukkan adanya keterkaitan KIPI dengan imunisasi yang diberikan.

Dikutip dari laman CDC, sindrom Guillain-Barre (GBS) adalah kelainan langka di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel saraf, menyebabkan kelemahan otot dan terkadang kelumpuhan. Meskipun penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami, sindrom ini sering kali terjadi setelah infeksi virus atau bakteri.

Baca Juga: MU Kembali Pinang Paul Pogba dengan Kontrak Gaji Selangit

Kelemahan dan kesemutan biasanya merupakan gejala pertama.

Sensasi ini bisa menyebar dengan cepat, akhirnya melumpuhkan seluruh tubuh. Dalam bentuk yang paling parah, sindrom Guillain-Barre adalah keadaan darurat medis. Kebanyakan orang dengan kondisi tersebut harus dirawat di rumah sakit untuk menerima perawatan.

Belum ada obat yang diketahui untuk sindrom Guillain-Barre, tetapi beberapa perawatan dapat meredakan gejala dan mengurangi durasi penyakit. Meskipun kebanyakan orang sembuh dari sindrom Guillain-Barre, angka kematiannya adalah 4-7 persen.

 Baca Juga: Provinsi Papua dan Papua Barat Masuk Kategori Provinsi dengan UMP Tertinggi di Indonesia

Antara 60-80 persen pengidapnya mampu berjalan dalam enam bulan. Pasien mungkin mengalami efek yang menetap, seperti kelemahan, mati rasa atau kelelahan.

Halaman:

Editor: Atakey


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah