Pastor Dr. Yanuarius Teofilus Matopai You, Pr Terpilih Sebagai Uskup Jayapura oleh Paus Fransiskus

- 31 Oktober 2022, 20:58 WIB
Seorang putra asli Papua, Pastor Dr. Yanuarius Teofilus Matopai You, Pr terpilih sebagai Uskup Jayapura oleh Paus Fransiskus. Tampak saat bersama warga jemaat.
Seorang putra asli Papua, Pastor Dr. Yanuarius Teofilus Matopai You, Pr terpilih sebagai Uskup Jayapura oleh Paus Fransiskus. Tampak saat bersama warga jemaat. /lintaspapua.com/celia/

Cita-Citanya Ditentang Keluarga


Pada usia imamatnya yang ke-25 tahun pada 2016 lalu, Pastor Yan menerbitkan sebuah buku berisi biografi dan refleksi kehidupannya berjudul “MELODI PRAHARA: Antara Imamat dan Keluarga.” Buku setebal 416 halaman itu ditulis oleh Demitrius Namsa dan diluncurkan pada 6 Juni 2016 di Aula Biara Susteran Maranatha.


Dalam buku itu, Pastor Yan mengaku bahwa cita-citanya untuk menjadi imam atau pastor Katolik tidak langsung dimengerti keluarga. Malah, keinginannya itu ditentang oleh keluarganya. Mereka ingin aga sesuai dengan adat istiadat Suku Mee, Yan sebagai anak laki-laki sulung harus menikah dan mendapat keturunan. Maklum saja. Dalam Gereja Katolik, para pastor atau kaum klerus lainnya, menghayati hidup selibat atau tidak menikah.

 

Bahkan, seorang pamannya bernama Maximus Tatogo, mengirim radiogram berisikan pemberitahuan kepada pimpinan biara (rektor) dimana Yan You muda sedang dibina menjadi pastor, bahwa Yan telah menghamili istrinya di kampung halaman dan diminta pulang untuk urusan adat dan pernikahan.

“Ini kisah unik bagaimana keluarga menghalangi Yan agar tidak jadi pastor. Buku ini menyumbang kepada masa depan gereja Katolik di Papua. Semoga buku ini memberi ilham kepada para calon imamat dan keluarganya, bagaimana menemukan solusi tatkala menghadapi masalah rumit yang membuat gelisah akan panggilan Tuhan,” tulis Uskup Agung Merauke, Mgr. Nikolaus Adi Saputra, MSC dalam pengantar buku itu.

Bagi Pastor Yan, menjadi Pastor Katolik adalah panggilan hidup yang menantang. Keluarga harus ditinggalkan. Cinta harus dilupakan. Seluruh diri harus dipersembahkan untuk melayani Tuhan. Itu refleksinya di usia imamat 25 tahun.

“Jadi saya tantang adik-adik frater, saya mau bagi buku ini gratis tapi hanya kepada para frater. Dengan catatan, yang siap mau jadi pastor yang bisa terima buku ini. Kalau tidak siap menjadi pastor, jangan maju terima buku,” ujar Pastor Yan dengan nada serius, namun disambut dengan tepuk tangan riuh saat itu.

Ruangan Maranatha berukuran 7x 12 meter itu tiba-tiba bergemuruh. Separuh ruangan itu memang diisi oleh para frater (calon pastor) yang sedang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura.

 

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah