Seorang Sahabat Menaruh Kasih Setiap Waktu, dan Menjadi Seorang Saudara Dalam Kesukaran” (Amsal 17:17)

31 Agustus 2022, 18:19 WIB
Ayat Alkitab dalam Kitab Roma. /Portal Papua/

PORTAL PAPUA  - Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17).

Di dalam kehidupan nyata banyak terjadi paradoks, yang saya maksud paradoks adalah apa yang di yakini seseorang berbeda dengan apa yang dirasakan orang lain.

Baca Juga: Jawaban Tuhan Atas Doa, Siapa Meremehkan Firman Akan Menanggung Akibatnya

Sebagai contoh, pernahkah Anda mendengar seorang berkata saya mencintai keluarga saya, namun keluarga orang tersebut yaitu anak dan istrinya sering curhat bahwa suaminya ataupun ayahnya kurang perhatian dan tidak mencintainya? Atau juga seorang pemimpin perusahaan yang merasa bahwa ia adalah pemimpin yang baik dan perhatian pada stafnya, namun sebaliknya hampir semua stafnya menilai Ia bukan seorang pemimpin yang perhatian dan memikirkan stafnya.

Perbedaan yang paradoks antara yang diyakini dan dirasakan orang lain ini dikarenakan kurangnya “kecerdasan sosial” seseorang. Yaitu kurangnya seseorang memahami dan merasakan perasaan orang lain yang ada di sekitarnya yang berinteraksi dengannya.

Baca Juga: Percayalah Kepada Tuhan Dengan Segenap Hati Mu, Jangan Bersandar Pada Pengertian Mu Sendiri

Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses secara sosial.


Yang menjadi pertanyaan sekarang, seberapa penting kecerdasan sosial ini? Kecerdasan sosial mungkin tidak terlalu penting bagi seorang yang pekerjaannya tak banyak berinteraksi dengan orang lain, tetapi sangat penting dipunyai oleh seorang yang dalam profesinya berinteraksi dengan banyak orang.

Yang menjadi masalah sekarang adalah karena seringkali seorang tidak merasa bahwa Ia adalah seorang yang buruk kecerdasan sosialnya, maka ia merasa baik- baik saja, padahal sikapnya telah menyakiti banyak orang.

Dan karena tidak disadari dan merasa baik-baik saja, maka hal ini, yaitu kurangnya kecerdasan sosial bisa saja terjadi pada siapa saja termasuk diri kita sendiri. Terutama jika kita seorang pemimpin yang tak pernah jadi staff, atau pemimpin yang mendapat jabatan secara instan.

Lalu bagaimana caranya kita bisa menyadari bahwa kita kurang kecerdasan sosial? Tentu sulit, apalagi jika kita punya kecenderungan “buruk rupa cermin dibelah.” Atau punya kecenderungan suka disanjung.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan 76 Rumah Sehat Untuk Korban Banjir Bandang Sentani

Cara termudah adalah selalu punya komunitas persahabatan yang mempunyai kesetaraan dalam berinteraksi, lalu kita dengan rendah hati dan terbuka untuk selalu minta masukan dari komunitas persahabatan kita. Dan tentu kemudian kita bersedia merubah sikap kita yang kurang memperhatikan perasaan orang lain. (DD)

Questions:
1. Apakah kecerdasan sosial? Mengapa kecerdasan sosial penting?
2. Bisahkah kita meningkatkan kecerdasan sosial kita? Bagaimana caranya?

Values:
Empati dan simpati adalah buah kasih yang seharusnya ada di dalam kehidupan warga Kerajaan.

Baca Juga: Hukum Terutama, Kasihilah Tuhan Allahmu dengan Segenap Hati dan Jiwa serta Akal Budi, Lanjut Kasihi Sesama

Kingdom Quote:
Mengaku jujur kekurangan di dalam berempati adalah awal perubahan positif peningkatan kecerdasan sosial.

“Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6.29)

Allah mengasihi kita dan Ia menunjukkan kasih itu dengan sungguh-sungguh mengutus Yesus untuk hidup di antara kita, mati bagi kita, dan dibangkitkan dari kematian sehingga kita juga dapat dibangkitkan dari kematian. Ini adalah pekerjaan Tuhan — sederhana namun sangat berkuasa.

Pertanyaannya: Apakah kita percaya kepada Dia yang telah diutus Allah?.***

Editor: Vallentinus Mafiti

Sumber: King's Sword

Tags

Terkini

Terpopuler