Belajar Dari Orang Samaria yang Baik Hati, Meskipun Tak Kenal Tetap Bantu Orang yang Susah

- 16 Juli 2022, 11:35 WIB
Ayat Firman Tuhan dalam Kita Mazmur.
Ayat Firman Tuhan dalam Kita Mazmur. /Portal Papua/

PORTAL PAPUA  -  Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan” (Lukas 10:33). 

Kita mungkin pernah mendengar cerita seorang Samaria yang baik hati, yaitu cerita yang disampaikan Tuhan Yesus untuk menerangkan arti “sesama manusia.”

Baca Juga: Inilah Surat Ederan Protokol Perjalanan Luar Negeri

 

Intinya adalah seorang yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho yang kemudian dirampok habis-habisan sehingga hartanya habis dan tubuhnya babak-belur. Seorang imam melewati tanpa memberi pertolongan, juga seorang Lewi lewat hanya menonton.

Justru seorang Samaria, yang saat itu dianggap orang kafir ketika lewat jalan itu, dialah yang memberikan pertolongan. 

Pertanyaannya, mengapa seorang imam dan seorang Lewi yang banyak mengerti nilai kebenaran dan mengajar nilai kebenaran justru tidak melakukan pertolongan? Ternyata memang ada jarak antara apa yang kita pahami dan ajarkan dengan apa yang kita lakukan. Jika saja peristiwa ini terjadi di kota Yerusalem yang ramai, pasti imam atau orang Lewi ini akan memberikan pertolongan yang pertama.

Baca Juga: Firman dan Janji Tuhan Adalah Segalanya, Carilah Dahulu Kerajaan Allah, Maka Semua Ditambahkan Kepada Kita

Persoalannya perampokan terjadi di jalan yang sepi sehingga tidak akan ada orang yang melihat kebaikan mereka saat menolong. Jadi karakter atau sifat asli seseorang akan kelihatan justru saat perbuatan baiknya tidak terlihat oleh orang lain. Pada dasarnya orang akan bersedia menolong atau melakukan kebaikan jika ia mendapat keuntungan atas perbuatan baiknya.

Status seseorang sebagai rohaniawan (imam dan orang Lewi) yang banyak mengerti kebenaran bukanlah sebuah jaminan bahwa ia akan melakukan seperti yang ia ajarkan. 

Baca Juga: Pemprov Papua Apresiasi Kinerja Komisi Informasi Provinsi Papua

Pesan ini mengajarkan kepada kita bahwa dengan kita banyak belajar Firman Tuhan tentu baik tetapi bila kita juga tidak belajar mempraktikkan kebenaran Firman yang kita mengerti, kebenaran firman yang kita mengerti tidaklah punya arti.

Kita akan dianggap orang yang munafik. Istilah munafik atau “hypocrite” adalah seseorang yang hanya bermain drama atau seorang aktor / aktris yang hanya berperan baik saat di atas panggung yang terlihat banyak orang.

Dan tentu saja, jika perannya sempurna ia akan mendapat pujian sekaligus bayaran yang besar. 

Seorang Samaria, bukan seorang rohaniawan, tetapi seorang praktisi kebenaran. Mungkin ia dianggap kafir oleh budaya saat itu, sebuah gelar yang tidak terhormat.

Baca Juga: Beritahukanlah Jalan - Jalan Mu Kepadaku, ya TUHAN, Tunjukkanlah itu Kepadaku

Tetapi ia adalah garam yang sebenarnya. Ia tidak terlihat, mereknya tidak dikenal, namun ia menolong dalam diam dan tanpa pamrih. Ia melakukan kasih dengan perbuatan. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada pujian, tidak ada imbalan (bayaran). Ia melakukan bukan karena perintah atau mencari jasa. Ia hanya seorang Samaria tanpa nama. (DD) 

Questions: 
1. Menurut Anda, mengapa orang yang mengerti firman tetapi sukar melakukan? 
2. Bisakah kita meniru kebaikan orang Samaria?

 Baca Juga: Setelah 14 Bulan Tanpa Sekda Definitif, Akhirnya Jawa Timur Miliki Sekda Definitif Dilantik Gubernur Khofifah

Values: 
Warga Kerajaan diajarkan untuk tidak menjadi munafik yang hanya berpura-pura baik.

 


“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
__ Filipi 2.9-11

Baca Juga: Rektor Unitomo Surabaya, Siti Marwiyah Pastikan Ambang Batas 20 Persen untuk Mengamankan Presiden

Hanya satu nama yang layak dipuji dan tinggikan, yaitu nama Yesus Kristus. Mari biarlah kehidupan kita (perbuatan, sikap dan perkataan kita) selalu meninggikan nama Yesus; menjadi kesaksian hidup bahwa Dialah Allah.***

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: King's Sword


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x