Status seseorang sebagai rohaniawan (imam dan orang Lewi) yang banyak mengerti kebenaran bukanlah sebuah jaminan bahwa ia akan melakukan seperti yang ia ajarkan.
Baca Juga: Pemprov Papua Apresiasi Kinerja Komisi Informasi Provinsi Papua
Pesan ini mengajarkan kepada kita bahwa dengan kita banyak belajar Firman Tuhan tentu baik tetapi bila kita juga tidak belajar mempraktikkan kebenaran Firman yang kita mengerti, kebenaran firman yang kita mengerti tidaklah punya arti.
Kita akan dianggap orang yang munafik. Istilah munafik atau “hypocrite” adalah seseorang yang hanya bermain drama atau seorang aktor / aktris yang hanya berperan baik saat di atas panggung yang terlihat banyak orang.
Dan tentu saja, jika perannya sempurna ia akan mendapat pujian sekaligus bayaran yang besar.
Seorang Samaria, bukan seorang rohaniawan, tetapi seorang praktisi kebenaran. Mungkin ia dianggap kafir oleh budaya saat itu, sebuah gelar yang tidak terhormat.
Baca Juga: Beritahukanlah Jalan - Jalan Mu Kepadaku, ya TUHAN, Tunjukkanlah itu Kepadaku
Tetapi ia adalah garam yang sebenarnya. Ia tidak terlihat, mereknya tidak dikenal, namun ia menolong dalam diam dan tanpa pamrih. Ia melakukan kasih dengan perbuatan. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada pujian, tidak ada imbalan (bayaran). Ia melakukan bukan karena perintah atau mencari jasa. Ia hanya seorang Samaria tanpa nama. (DD)
Questions:
1. Menurut Anda, mengapa orang yang mengerti firman tetapi sukar melakukan?
2. Bisakah kita meniru kebaikan orang Samaria?