Ibadah Sejati, Persembahan yang Hidup yang Kudus dan Yang Berkenan Kepada Allah

- 3 April 2022, 10:18 WIB
Ilustrasi Suasana Ibadah Ikatan Pelajar Mahasiswa Kebar di Kota Studi di Jayapura.
Ilustrasi Suasana Ibadah Ikatan Pelajar Mahasiswa Kebar di Kota Studi di Jayapura. /Portal Papua.

PORTAL PAPUA -  Ibadah yang sejati. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati," (Roma 12:1)

Dalam Perjanjian Lama, berbagai bahan dan metode harus disiapkan untuk bisa datang beribadah kepada Tuhan dan pada waktu itu hanya Imam besar saja yang diizinkan masuk ke dalam Ruang Maha Kudus hanya sehari dalam setahun, tetapi Daud dapat duduk di hadirat Tuhan, mungkin dalam banyak kesempatan.

Baca Juga: Kominfo Kabupaten Jayapura, Teken MoU dengan Yayasan Internet Indonesia

Daud memang bukan pribadi yang sempurna, tetapi Daud adalah pribadi yang berkenan di hati Tuhan dan yang melakukan segala kehendakNya (Kisah Para Rasul 13:22). Daud mampu membangun persekutuan yang intim dengan Allah. Ini jauh lebih menakjubkan jika kita menyadari bahwa semua ini terjadi sebelum Yesus mati di kayu salib dan merobek tirai antara Allah dan manusia.

Intensitas kasih Daud kepada Allah mengatasi penghalang antara dirinya dengan Allahnya.


Begitu banyak proses demi proses yang dihadapi oleh Daud, namun Daud selalu datang kepada Allah dan dipenuhi dengan persekutuan dengan hadirat-Nya yang agung dan mulia sampai benar-benar mampu menjamah hati Allah dan membiarkan hati-Nya menjamah hidup Daud sehingga ia dipenuhi dengan kasih-Nya.

Tidak heran sekalipun Daud miskin akan kasih dari orang tua dan saudara-saudaranya namun ia kaya akan kasih Tuhan.

Daud senantiasa menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan Allahnya dan memiliki relasi yang intim dengan Tuhan. Ketika diperhadapkan dengan Goliat, Daud berani melawan ketidakbenaran dengan kekuatan Tuhan dan sekalipun Samuel sudah mengurapinya sebagai raja Israel, Daud bersabar menanti waktu dan kesempatan dari Tuhan.


Daud adalah pribadi yang senantiasa dipenuhi dengan rasa bersyukur. Di beberapa kesempatan Daud dapat melakukan pembalasan kepada Saul, namun ia tidak mempergunakan kesempatan itu dan menyerahkan sepenuhnya bahwa hak pembalasan adalah milik Tuhan.

Daud juga merupakan pribadi yang memiliki ketaatan untuk bertobat dan mengakui kesalahannya. Ketika nabi Natan menegurnya, Daud tidak sedikitpun berkelit dan membela diri dari dosa-dosanya.


Hal-hal ini adalah ibadah yang sejati yang senantiasa Daud bangun dalam hidupnya. Ibadah yang sejati adalah persekutuan dengan Pribadi Allah yang maha kudus sampai kita benar-benar mampu menjamah hati Allah.

Sebagai warga Kerajaan, kita dipanggil untuk menjadi perwakilan Kerajaan Allah dimanapun kita berada.

Miliki persekutuan yang intim dengan Allah dengan menjaga kekudusan hidup kita, nyatakan kuasa Allah melalui hidup kita bahwa segala perkara dapat kita hadapi bersama Allah dan jangan melakukan pembalasan karena penghakiman adalah hak Tuhan serta jadilah pribadi yang mudah untuk mengakui kesalahan dan bertobat.

Jika hal ini dapat kita latih dan lakukan dalam hidup kita maka kita sedang membangun ibadah yang sejati yang berkenan kepada Tuhan.

Baca Juga: Bosan Dihutan, 2 Anggota TPNPB-OPM Kembali ke NKRIAmin (RSN)

Questions:
1. Apakah ibadah yang sejati?
2. Hal-hal apa saja yang dapat kita teladani dari kehidupan Daud dalam membangun ibadah yang sejati?

Values:
Dalam Perjanjian Lama, Berbagai bahan dan metode harus disiapkan untuk bisa datang beribadah kepada Tuhan, tetapi Daud secara harafiah dapat duduk di hadirat Tuhan, mungkin dalam banyak kesempatan.

Ibadah yang sejati adalah persekutuan dengan Pribadi Allah yang maha kudus sampai kita benar-benar mampu menjamah hati Allah.


“Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." ( 1 Korintus 2 : 9)

Seringkali dalam hidup kita menjumpai bahwa apa ya g kita impikan, angankan atau imajinasikan tidak seindah warna aslinya ketika twrwujud dalam kenyataan. Kita membayangkan sesuatu yang heboh atau spektakuler, namun ketika hal tersebut terjadi ternyata biasa saja.

Namun berbeda dengan jalan Tuhan, dimana Ia sanggup dan rindu memberikan kepada kita melebihi apapun yang pernah kita bayangkan. Bahkan hal-hal yang belum pernah kita dengar ataupun lihat, semuanya itu disediakanNya bagi kita, yang benar-benar mengasihiNya. ***

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x