Inilah Makna Filosofi, Cara Santap hingga Manfaat Konsumsi Papeda dari Papua

10 Oktober 2022, 11:27 WIB
Papeda. Setiap daerah namanya beda2 makanan khas seluruh indonesia tapi pasti suka , sekali nyoba bikin ketagihan Sulsel =kapurung Sultra=sinonggi Papua=papeda Ambon =papeda Kalimantan=kapurung. /Facebook Syah Aisyah/

PORTAL PAPUA - Salah satu bahan makanan pokok dan khas yang dimiliki masyarakat Papua ialah sagu. Sagu biasanya diambil oleh masyarakat Papua dari hutan kemudian diolah sedemikian rupa menjadi papeda yang kemudian bisa disantap.

Bagi masyarakat Papua pada umumnya, khususnya bagi mereka yang berdomisili di kampung atau pedalaman Papua, hutan merupakan sumber utama yang bisa memenuhi kebutuhan harian mereka termasuk makanan pokok sagu, lauk, dan sayur-mayur.

Baca Juga: Inilah Makna Filosofi dan Cara Santap Papeda Sebagai Makanan Khas Papua Bersama Jungle Chef Charles Toto

Charles Toto alias Chato yang dikenal dengan sebutan Jungle Chef dalam siaran resmi, membenarkan bahwa masyarakat Papua yang tinggal di kampung atau pedalaman dapat mengonsumsi apa yang sudah ada di hutan, sehingga hutan diibaratkan sebagai pasar tempat "belanja" kebutuhan pangan, salah satunya sagu, bahan baku papeda tersebut.

Biasanya, sagu yang telah diolah menjadi papeda oleh masyarakat Papua mesti disantap dengan lauk atau sayuran agar menambah cita rasa yang enak di lidah saat disantap. Istilah "kuah kuning" merupakan olahan makanan yang biasa menjadi "teman" papeda untuk disantap.

Makanan khas Papua yaitu Papeda dan Ikan kuah kuning ternyata diminati oleh para tamu pada acara Indonesia Night dalam rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, Selasa, 24 Juni 2022.

Namun di balik kenikmatan papeda tentu ada makna filosofi yang yang terkandung di dalamnya. Masyarakat Papua biasa menyebutnya dengan filosofi di meja makan.

Filosofi di meja makan

Saat satu keluarga menggunakan helai dan makan papeda dari satu hote yang sama, saat itulah papeda menyimpan makna yang dalam.

Helai adalah peralatan makan tradisional dari kayu untuk menyajikan papeda, sedangkan hote adalah piring kayu untuk menyantap papeda.

Bagi masyarakat Sentani menyebut tradisi makan papeda dari satu piring yang sama dalam satu keluarga sebagai helai mbai hote mbai. Mbai berarti satu.

Baca Juga: Pemprov Papua dan Pemkab Jayapura Tanam 1.000 Bibit Pohon Sagu Warnai Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Dari ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa filosofinya ialah makan dalam satu keluarga menyimpan cerita untuk masa depan anak dan cucu, sebab acara makan bersama yang menandai ikatan kekeluargaan itu menjadi ruang diskusi antara ayah, ibu, dan anak, menjadi ruang kecil untuk bermusyawarah.

Selain itu, menyantap papeda tidak sama seperti kita menyantap nasi dan makanan jenis lainnya. Sifatnya yang kenyal dan kaya air membuat papeda tidak bisa diambil dengan cara menimba. Untuk lebih jelasnya, simak cara ambil papeda berikut ini.

Cara ambil papeda: digulung

Karena teksturnya serupa lem, memindahkan papeda dari wadah ke piring makan nyaris tak mungkin dilakukan dengan sendok besar sekalipun.

Makanan khas Papua yaitu Papeda dan Ikan kuah kuning ternyata diminati oleh para tamu pada acara Indonesia Night dalam rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, Selasa, 24 Juni 2022.

Mengambil papeda perlu trik tersendiri. Di acara adat Papua, alat mengambil yang wajib digunakan adalah hiloi, serupa garpu besar. Tapi, garpu biasa kini sudah sering digunakan di rumah tangga.

Baca Juga: Bupati Piter Gusbager Sajikan Papeda Ikan Kua Kuning, Warnai Sejarah HUT Keerom ke - 19 Bersama Masyarakat

Cara mengambilnya, genggam dua garpu masing-masing di tangan kiri dan kanan, benamkan kedua garpu ke papeda, tarik garpu ke atas dengan posisi horizontal, lalu gulung papeda di garpu kiri dan kanan hingga membentuk gumpalan agak besar, transfer ke piring.

Ada yang menggulungnya ke arah dalam, ada yang ke arah luar. Arah menggulung ini bisa menunjukkan asal daerah seseorang.

Perlu Anda semua ketahui juga bahwa ada beberapa jenis olahan papeda yang biasanya disantap oleh masyarakat Papua.

Berikut ini jenis olahan papeda:

1. Papeda dari sagu supermarket

Papeda jenis ini biasa dibuat dari tepung sagu yang dijual di supermarket. Namun, untuk membuat papeda yang kualitasnya menyamai papeda Papua, Chef Chato memberi trik jitunya.

“Sebelum dimasak, rendam dahulu tepung sagu di dalam air bersih selama kurang lebih 15 menit, ambil pati yang mengendap, campur dengan air untuk dibuat papeda. Teksturnya akan sama dengan papeda di Papua."

2. Papeda versi lontong

Papeda yang kerap kita lihat umumnya berupa bubur. Tapi, sebetulnya ada papeda yang bentuknya seperti lontong, namanya papeda bungkus.

Proses pembuatannya seperti papeda biasa. Setelah matang, papeda dibungkus daun pisang atau daun fotovea (dalam bahasa Sentani disebut waibu).

Makanan khas Papua yaitu Papeda dan Ikan kuah kuning ternyata diminati oleh para tamu pada acara Indonesia Night dalam rangkaian kegiatan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, Selasa, 22 Mei 2022.

Uniknya, daun waibu tersedia di alam dalam dua varian warna, yaitu merah hati dan hijau. Daun pisang dan fotovea berperan sebagai penambah aroma, sehingga papeda bungkus menebarkan aroma yang khas. Daya simpan papeda bungkus ini bisa sampai satu bulan.

“Tak perlu disimpan di kulkas, tak perlu dihangatkan berulang-ulang. Simpan saja di meja,” kata Chef Chato, yang mengajak pemilik resto Papua di Jakarta untuk menggali kekayaan cita rasa resep tradisional Papua langsung di Tanah Papua.

Baca Juga: Pemkab dan TNI-Polri Solid, Bupati Keerom Apresiasi Sinergitas Tanpa Batas

3. Papeda berbumbu kaldu (Sinole)

Papeda tradisional rasanya hambar, karena campurannya hanya sagu, air jeruk (sebagai pengental), dan air. Yang menambah rasa adalah lauk dan sayur yang mendampinginya. Tapi, seperti nasi uduk yang berbumbu, ada pula papeda yang diberi bumbu. Hanya saja, kalau sudah dibumbui namanya bukan lagi papeda, melainkan sinole.

Sebelum dimasak, sagu dikeringkan dahulu dengan cara disangrai hingga mengeluarkan aroma asap yang sedap. Kemudian, sagu dimasak dalam kaldu ikan atau kaldu daging yang sudah dimasak selama 2-3 hari agar rasanya intens, sambil terus diaduk hingga mengental.

Ketika sinole matang, tinggal disantap saja, tak perlu ditemani lauk, karena di dalamnya sudah ada potongan-potongan ikan.


Tidak hanya memiliki cita rasa yang khas, papeda juga memiliki manfaat dan kegunaan yang sangat baik untuk kesehatan tubuh kita.

Berikut ini beberapa manfaat papeda bagi kesehatan tubuh:

1. Mampu lenyapkan flek di paru-paru

Papeda bungkus punya khasiat unik, yaitu bisa membersihkan paru-paru dari flek. Karena itu, papeda bungkus yang sudah menginap beberapa hari sering dikonsumsi oleh mereka yang akan menjalani tes untuk masuk kepolisian atau militer.

“Paling bagus jika papeda bungkus diembunkan. Secara umum sudah banyak yang membuktikan, tapi secara ilmiah masih perlu diteliti zat apa yang terkandung pada sagu sehingga bisa membersihkan paru-paru,” kata Chef Chato, yang bisa membuat pizza dan pancake di belantara.

2. Bebas gluten, rendah gula

Baca Juga: Sinopsis Love Story Jum'at 12 Maret 2021 Maudy Kaget Melihat Ken yang Tiba-tiba Muncul di rumahnya

Saat ini banyak anak yang alergi terhadap gluten. Tanpa perlu repot-repot mencari produk gluten free impor, papeda bisa menjadi solusi. Selain itu, papeda juga rendah gula, sehingga tepat dikonsumsi oleh penderita diabetes atau oleh orang yang sedang ingin menurunkan berat badan.

3. Bisa dikonsumsi bayi usia 6 bulan

Kalau melihat tekstur papeda yang liat, rasanya sulit membayangkan jika bayi juga bisa mencernanya. Bagaimana cara menyuapkan papeda untuk bayi? Setelah matang, papeda dimasukkan ke dalam air dingin yang bersih hingga teksturnya jadi lebih kental dan bisa dipotong-potong.

Baca Juga: Presiden Jokowi Pastikan Korban Selamat Tragedi Sepakbola di Kanjuruhan Dapat Pelayanan Terbaik

Potongan kecil inilah yang disuapkan pada bayi. Untuk melengkapi kebutuhan gizinya, potongan papeda itu dikonsumsi dengan ikan kecil sehingga tulangnya juga bisa dimakan, misalnya ikan teri.

“Papeda lembut untuk bayi, karena 60 persennya adalah air, sehingga baik untuk pencernaannya,” kata Chef Chato.

Namun, Chef Chato pun menyarankan agar berkonsultasi dahulu ke dokter anak sebelum memberikan papeda kepada si kecil.*

Editor: Fransisca Kusuma

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler