Persipura!! Simbol Harga Diri, Penghibur Luka Hati Politik, Terdegradasi Karena Ulah Mafia Sepakbola Indonesia

- 2 April 2022, 02:01 WIB
Persipura!! Simbol Harga Diri, Penghibur Luka Hati Politik, Terdegradasi Karena Ulah Mafia Sepakbola Indonesia. Richard (PP)
Persipura!! Simbol Harga Diri, Penghibur Luka Hati Politik, Terdegradasi Karena Ulah Mafia Sepakbola Indonesia. Richard (PP) /

PORTAL PAPUA - Terdegradasinya tim kebanggaan masyarakat Papua, Mutiara Hitam, Persipura Jayapura ke Liga 2 Indonesia. Nampaknya tak berlalu begitu saja, tak kala para pecintanya merasa sedih, bercampur kecewa, lantaran tim mereka terdegradasi karena ulah mafia sepakbola di Indonesia.

Ardon Etus Nauw, salah satu dari sekian ribu juta pecinta Persipura Jayapura di Tanah Papua, ia mengurai soal sepak terjang hingga tim kebanggaannya itu harus turun kasta ke Liga 2 Indonesia.

Baca Juga: Ini Hasil Drawing Grup Peserta Piala Dunia 2022 Qatar

Se kejam-kejamnya politik, lebih kejam lagi ketika para penguasa politik hancurkan hal utama yang menghibur kasenangan hati rakyat yang sedang tertindas.

Orang bisa tahan lapar, tahan haus, tahan penindasan untuk sementara waktu, tetapi orang tidak bisa tahan penderitaan hati disaat tidak ada kesenangan hidup lagi yang menghibur hati mereka sebagai alternatif disaat hal lainnya belum bisa beri harapan secara pasti.

Baca Juga: Para Legenda Bersedih!! 28 Tahun Lalu Berjuang Naik ke Devisi Utama, 2022 Persipura Turun ke Liga 2

Itulah hal yang di alami oleh orang Papua karena nasib Persipura Jayapura, tim tertua kebanggaan orang Papua yang berdiri semenjak 1 Mei 1963 ini, akhirnya harus degradasi dari Liga 1 kasta tertinggi sepakbola Indonesia, turun ke kasta Liga 2 Indonesia untuk musim 2022-2023, pasca nasib tragis yang di alami Persipura ketika memainkan laga terakhir BRI Liga 1 Indonesia kontra Persita Tanggerang, pada hari Kamis 31 Maret 2022 di Stadion Iwayan Duta Bali.

Pertandingan yang dimenangkan Persipura dengan skor akhir 3:0, tetapi tidak bisa menyelamatkan Persipura karena di pertandingan lain, Barito Putra dan PSS Sleman yang merupakan saingan terberat Persipura untuk merebut 2 tiket terakhir untuk keluar dari zona degradasi, akhirnya harus mempertahankan kemenangan mereka untuk tetap aman di luar zona degradasi.

Baca Juga: Dengan Tangis!! Pelatih Persipura Jayapura Angel Alfredo Vera Berucap, Ini Tim Luar Biasa

Barito Putra yang memainkan laganya melawan Persib Bandung, meraih hasil imbang 1:1, dan PSS Sleman yang bermain kontra Persija Jakarta akhirnya menang 2:0 atas Persija Jakarta. Dari hasil ini PSS Sleman mendapatkan poin 39, Barito Putra 36, dan Persipura Jayapura 36. Dimana walaupun Persipura meraih jumlah poin yang sama dengan Barito Putra, tetapi tetap saja Persipura harus terdegradasi karena kalah head to head dengan Barito Putra.

Persipura terdegradasi bersama dua tim lainnya yaitu Persela Lamongan dan Persiraja Banda Aceh.

Sedangkan Tim Bali United FC keluar sebagai Juara Champions BRI Liga 1 Indonesia 2021-2022, di ikuti Persib Bandung sebagai Runner-up, Bhayangkara FC menempati peringkat ke 3.

Baca Juga: Ada Apa dengan Laga Persib vs Barito, Yang Mengorbankan Persipura, Pieter Ell Siap Gugat Hukum!!

Hasil akhir yang menurut semua pihak pengamat sepakbola nasional maupun orang Papua sendiri, merupakan hasil yang tidak "fair play" karena di curigai banyak pengaturan mafia bola, intervensi politik, dan bahkan juga disertai banyak kesalahan yang dilakukan oleh Manajemen Persipura, yang dipandang tidak maksimal dalam mengurus Persipura secara baik sepanjang gelar BRI Liga 1 Indonesia 2021-2022 berlangsung.

Hasil ini membuat banyak orang Papua bersedih hati, dan menangis dengan suasana hati yang susah, karena tidak bisa menerima kenyataan pahit, nasib degradasi yang dialami Persipura.

Baca Juga: Sayang!! Ekspresi Sang legenda Persipura Jayapura, Jack Komboy atas Nasib Persipura

Pemain Persipura, mantan pemain legenda Persipura, manajemen Persipura, suporter setia Persipura, dan seluruh orang Papua merasakan duka yang mendalam seperti orang merasa duka kematian akibat peperangan yang dahsyat.

Sebab Persipura adalah bagian terpenting dari sejarah kehidupan orang Papua di Indonesia. Karena jika dianalisis, Persipura, konflik Papua, dan orang Papua, adalah satu mata rantai kehidupan orang Papua yang tidak bisa dipisahkan dari Tanah Papua. Sebab sejarah Persipura adalah simbol kebangkitan harapan hidup, kebahagiaan, dan prestasi orang Papua, ditengah-tengah ketidakpastian hidup mereka di Indonesia.

Baca Juga: Ketua DPD GAMKI Papua, Dominggus Noya Serahkan SK Ketua Caretaker GAMKI Tolikara ke Weiles Weiya

Persipura adalah tim raksasa penguasa (raja) sepakbola kasta tertinggi Indonesia selama hampir 16 tahun bertahta, terhitung semenjak tahun 2005 hingga 2022.

Tim yang bertabur pemain bintang, penuh dengan segudang prestasi yang memukau, mempunyai pola permainan yang sangat aktraktif dan menghibur, dan sulit terkalahkan ini, telah memikat hati orang Papua dengan sejuta cinta yang begitu besar.

Persipura adalah penghibur susah hati orang Papua disaat konflik politik masih melanda orang Papua sepanjang tahun. Sebab Persipura lah yang mengisi kebahagiaan hari-hari hidup orang Papua yang masih hidup dalam keadaan kemiskinan, ketidakpastian hidup, tekanan konflik politik, maupun sebagai obor penyemangat yang senantiasa mendorong semangat pencarian jati diri orang Papua di Indonesia. Terutama sebagai garda terdepan untuk mengangkat harga diri orang Papua di Indonesia.

Baca Juga: Benyamin Arisoy: Panitia Sudah Siap Tuk Melaksanakan KONAS GMKI 2022, di Papua

Kebahagiaan orang Papua ketika menyambut Otsus Papua itu tidak sebanding dengan kebahagiaan orang Papua ketika menyambut Persipura pulang meraih juara ke Tanah Papua. Begitupun juga pemekaran, jabatan, dan uang yang walaupun dilimpahkan begitu banyak dari Jakarta ke Papua tidak mampu memberikan kebahagiaan jika dibanding kebahagiaan orang Papua atas prestasi Persipura di kancah sepakbola nasional Indonesia.

Disaat konflik politik bergema, disaat muncul pro kontra Papua merdeka-NKRI harga mati bergema di Jayapura, tetapi di saat Persipura bertanding di Stadion Mandala Jayapura, kedua pihak pro kontra pasti akan duduk berdampingan tanpa melihat perbedaan untuk bersatu memberikan dukungan penuh kepada Persipura.

Nilai politik yang mahal atas kehadiran Persipura bagi kehidupan orang Papua. (Kata Bung Lamadi De Lamato dalam artikelnya Persipura pemersatu orang Papua).

Baca Juga: Paduan Suara Uncen Papua Ikut Lomba Bandung Choral Festival 2022

Bahkan dalam sambutan Bpk Alm. Jhon Piet Wanane mantan Bupati Sorong, pada sela-sela pertemuannya bersama Mahasiswa Sorong di Manado tahun 2005, pernah diminta oleh Mahasiswa Sorong untuk bliau segera serius mengangkat prestasi Persis Sorong untuk berlaga di Liga Utama Indonesia, tetapi apa kata bliau, "sudah jangan kita bahas sepakbola, lebih baik kabupaten lain di Tanah Papua fokus urus pembangunan dan kesejahteraan orang Papua saja. Dan soal sepakbola, cukup Persipura saja yang mewakili orang Papua berlaga di Liga Utama Indonesia. Kami kepala-kepala daerah di Tanah Papua tetap mendukung Persipura mewakili orang Papua untuk sepakbola".

Belum lagi jika kita menghitung jumlah dukungan dan bantuan biaya untuk sponsor Persipura yang di kucurkan oleh beberapa kepala daerah maupun lembaga-lembaga, perusahaan besar dan berbagai kalangan di Papua. Pemprov Papua, Bank Papua, Freeport Indonesia, pengusaha Papua, dan Bupati kabupaten lainnya di Papua. Sangat membuktikan bahwa kehadiran Persipura adalah salah aset terpenting bagi kedamaian dan kebahagiaan hidup orang Papua.

Baca Juga: Benyamin Arisoy: Panitia Sudah Siap Tuk Melaksanakan KONAS GMKI 2022, di Papua

Para pecinta Persipura di Papua bukanlah hanya mereka yang menggemar sepakbola, tetapi semua orang Papua, baik anak kecil, anak muda, orang dewasa, orang tua, dengan berbagai status seperti pejabat publik, pengusaha swasta, pelajar, mahasiswa, aktivis, intelektual, tenaga buruh, petani, nelayan, tukang ojek, sopir taksi, anak jalanan, pedagang, juru parkir, dan berbagai status lainnya. Orang Papua begitu mencintai Persipura seperti mereka mencintai tanah Papua bumi mereka sendiri.

Suporter utama Persipura Jayapura adalah Persipura Mania atau The Comen's berdiri tahun 2004 yang terdiri dari 18 elemen suporter, Black Boys 1963, dan kelompok suporter Ultras BlackPearl Curva Nord berdiri 6 Juli 2017 yang berada di kota Jayapura dan juga dari berbagai kota besar di Indonesia bahkan dibelahan dunia.

Kejayaan Persipura di Liga Utama Indonesia adalah kejayaan orang Papua di Indonesia. Hal yang tidak sebanding dengan hiburan apapun.

Baca Juga: Paduan Suara Uncen Papua Ikut Lomba Bandung Choral Festival 2022

Jika Freeport kenalkan emas Papua ke dunia, Inggris kenalkan LNG BP Bintuni ke dunia, Raja Ampat kenalkan wisata bahari Papua ke dunia, maka hanya Persipura yang bisa kenalkan sepakbola Papua di Indonesia maupun ke tingkat dunia internasional. Salah satunya mengangkat sepakbola Indonesia ke dunia internasional lewat AFC Cup maupun liga Champions Asia.

Berbagai prestasi utama yang di raih Persipura ialah, Juara Liga Indonesia 2005, Juara Indonesia Super League 2008-2009, Juara Community Shield Indonesia 2009, Juara Indonesia Super League 2010-2011, Juara SCTV Cup 2011, Juara Inter Island Cup 2011, Juara Indonesia Super League 2013, Juara Indonesia Soccer Championship A 2016, dan AFC CUP : Perempat final 2011, Semifinal 2014, Perdelapan Final 2015, TBA 2021.

Baca Juga: Didukung 16 OKP dan 1 KNPI Distrik, Alberto Itaar Berhasil Didaftarkan ke Panitia Musda KNPI Kota Jayapura

Prestasi Persipura ini mulai diraih semenjak hadirnya Bapak Drs. Manase Roberth Kambu, M.Si sebagai Walikota Jayapura. Dimana dimulai dengan diraihnya Juara Liga Utama Indonesia oleh Persipura pada tahun 2005. Awal juara inilah muncul pemain-pemain legendaris Persipura seperti, Boaz Solossa, Ian Luis Kabes, Tinus Pae, Ricardo Salampessy, Jack Komboy, Eduard Ivakdalam, Imanuel Wanggai, dan lain-lain, hingga kelahiran generasi berikutnya yang dilanjutkan oleh Walikota Jayapura Bapak Benhur Tommy Mano seperti, Titus Bonai, Patrick Wanggai, Yohanis Pahabol, Nelson Alom, Gunansar Mandowen, Ramai Rumakiek, Todd Rivaldo Ferre, dan lain-lain hingga saat ini Tahun 2022.

Suatu era kebangkitan yang muncul bersamaan dengan masa-masa kritis konflik politik Papua diera reformasi dan era Otsus Papua.

Baca Juga: Manyala!! KONFERCAB dan PA2B GAMKI Mamberamo Raya, Digelar 22-23 APRIL 2022 di Burmeso

Dimana dapat dikatakan, semua hal tentang Persipura sudah menyentuh dan menyatu ke dalam sendi-sendi kehidupan orang Papua. Mulai dari daerah perkotaan hingga ke kampung-kampung, dusun-dusun, hingga daerah pedalaman dan rimbawa Papua. Suatu dampak vital kehadiran Persipura yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Papua.

Namun kini, apa boleh dikata. Nasi sudah menjadi bubur. Sebab berakhir sudah perjalanan prestasi dan sejarah besar Persipura di Liga 1 Indonesia. Nasib yang sulit diterima, tetapi susah dilupakan.

Begitulah keadaan yang di alami oleh semua pihak yang mencintai Persipura saat ini. Terutama orang Papua harus mengalami rasa duka hati yang mendalam hari ini.

Baca Juga: Ketum GMKI: Struktur Kepanitiaan KONAS GMKI 2022 di Papua Sangat Unik

Persipura harus menjadi korban politik sepakbola Indonesia oleh para mafia sepakbola, lewat sangsi pelanggaran, pengurangan poin, pengaturan skor pertandingan, dan pola politisasi internal manajemen klub Persipura yang sengaja memainkan berbagai kebijakan yang secara langsung berdampak merugikan prestasi Persipura.

Sebab Persipura yang sebagai satu-satunya tim sepakbola asal Papua yang masih berlaga diLiga kasta tertinggi Indonesia, akhirnya harus gulung tikar dan pulang membawa muka murung, dan berberat hati, terpaksa harus siap mengarungi Liga 2 Indonesia musim depan. Dan akhirnya tidak ada lagi tim sepakbola asal Papua yang akan mengisi kompetisi Liga 1 Indonesia musim depan 2022-2023.

Dengan demikian saat ini orang Papua harus menerima kenyataan pahit yang diderita Persipura. Mungkin Persolaan Persipura saat ini dilain pihak bisa diungkit karena masalah politik, kesalahan manajemen, kesalahan pemain, atau kesalahan apa pun, hal tersebut tidak dapat mengubah kenyataan yang sudah terjadi saat ini. Semua sudah terjadi.

Baca Juga: Manyala!! KONFERCAB dan PA2B GAMKI Mamberamo Raya, Digelar 22-23 APRIL 2022 di Burmeso

Hanya saja, satu hal penting yang harus disadari oleh semua komponen anak bangsa Indonesia adalah jangan menganggap remeh harga diri orang Papua. Kapan lagi harga diri orang Papua harus di hargai di Indonesia ??? Hari ini Otsus Papua banyak bermasalah, konflik Papua terus bergejolak, kesejahteraan orang Papua jauh dari harapan, dan akhirnya Persipura tim kebanggaan orang Papua yang masih menyisakan kebanggaan dan kebahagiaan hati orang Papua di Indonesia pun harus tergusur dari Liga 1 Indonesia. Sejarah ketidakadilan yang sulit diterima oleh orang Papua.

Baca Juga: Papua Tuan Rumah KONAS GMKI 2022, Ketum GMKI Lantik Kepanitiaan di Jayapura

Terutama untuk para pihak manajemen Persipura, perlu ingat bahwa Persipura pada dasarnya adalah simbol keutuhan kekuatan psikologis orang Papua, harga diri dan identitas politik orang Papua. Marwah utama yang semestinya harus dijaga untuk menopang kedamaian dan kebahagiaan hidup orang Papua di Indonesia.

Artinya, Persipura itu aset berharga orang Papua. Manajemen Persipura jangan membawa motif membangun investasi klub untuk kepentingan panggung politik, investasi ekonomi pribadi atau kelompok tertentu, sebab hal tersebut bisa membuat Persipura kehilangan nilai-nilai dan marwah ke Papua-annya, karena terkontaminasi kepentingan politik dan ekonomi, yang pada akhirnya membuat Persipura menjadi produk politik dan produk pasaran ekonomi dalam dunia sepakbola semata.

Baca Juga: Ini Wejangan Senior GMKI Elia Loupatty Terhadap Penyelenggaraan KONAS GMKI 2022, di Tanah Papua

Demikian sekilas tanggapan penulis terkait kondisi Persipura saat ini. Suatu hasil yang buruk, tetapi harus diadakan evaluasi secara menyeluruh untuk memperbaiki semua kesalahan yang sudah terjadi. Terutama kondisi manajemen, dan prospek Persipura ke depan. Semuanya harus dimulai lagi dari bawah dengan cara yang terbaik.

Dan terkait hasil yang diraih Persipura hari ini, pada prinsipnya kita sebagai orang Papua maupun suporter setia Persipura, perlu membangun optimisme bersama, bahwa sampai kapan pun, Persipura tetap Persipura. Karena talenta sepakbola tidak akan pernah berakhir dari bumi Papua.

Baca Juga: Hari Ini Ketum GMKI Lantik Panitia KONAS GMKI 2022, Yang Diketuai Benyamin Arisoy

Mutiara Hitam tetap Mutiara Hitam. Yang walaupun dikubur dalam lumpur, Mutiara Hitam tetap Mutiara Hitam. Seperti emas Papua, seperti kekayaan alam Papua yang melimpah, bumi Papua tetap adalah sumber utama kekayaan pemain sepak bola terbaik di Indonesia dan bahkan tingkat dunia Internasional. Papua tidak akan pernah hilang prestasi sepakbola sepanjang masa. ***

Editor: Richard Mayor


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x