Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp 6.065 Triliun

16 Maret 2021, 20:02 WIB
Ilustrasi gaji 13 dan THR /Tangkapan layar Instagram Bank Indonesia /WARTA PONTIANAK/

PORTAL PAPU- Bank Indonesia (BI) pada Senin (15/3) merilis, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga akhir Januari 2021 mencapai 420,7 miliar dolar AS. Jumlah ini setara dengan Rp6.065 triliun (kurs 14.419 per Dolar AS).

BI merinci bahwa utang ini terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar  213,6 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar 207,1 miliar dolar AS.

Baca Juga: Stok Sejak 2018 Masih Menumpuk Pemerintah Berencana Impor Beras Lagi

Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia pada akhir Januari 2021 tumbuh sebesar 2,6 persen (yoy).  Angka ini menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,4 persen (yoy). Perlambatan pertumbuhan ULN tersebut terjadi pada ULN Pemerintah dan ULN swasta.

Laporan Bank Indonesia mengungkapkan ULN Pemerintah bulan Januari 2021 tumbuh lebih rendah. Posisi ULN Pemerintah Januari 2021 mencapai 210,8 miliar dolar, atau tumbuh 2,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Desember 2020 sebesar 3,3 persen (yoy).

Baca Juga: Hari Ini Ajudan Terakhir Bung Karno Berpulang

Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan oleh pembayaran pinjaman bilateral dan multilateral yang jatuh tempo.

Sementara itu, posisi surat utang Pemerintah masih meningkat seiring penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi dolar AS dan Euro di awal tahun di tengah momentum likuiditas di pasar global yang cukup tinggi serta sentimen positif implementasi vaksinasi Covid-19 secara global.

Perkembangan ULN juga didorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang meningkat, didukung oleh kepercayaan investor asing yang terjaga terhadap prospek perekonomian domestik.

ULN Pemerintah dikelola secara terukur dan berhati-hati untuk mendukung belanja prioritas Pemerintah, antara lain yaitu sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,6 persen dari total ULN Pemerintah).

Baca Juga: ODGJ di Manokwari Nekad Panjat Tiang Listrik Bertegangan Tinggi

Lainnya adalah  sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,1 persen), sektor jasa pendidikan (16,2 persen), sektor konstruksi (15,2 persen), dan sektor jasa keuangan dan asuransi (13 persen).

Sementara ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir Januari 2021 tercatat 2,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,8 persen (yoy).

Perkembangan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam.

Baca Juga: 393.600 Dosis Vaksin AstraZeneca Disita di Italia

Pada akhir Januari 2021, ULN PBLK tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,3 persen (yoy). Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat sebesar 6,1 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 4,7 persen (yoy).

Berdasarkan sektornya, Utang Luar Negeri terbesar dengan pangsa mencapai 77 persen dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan.

Sumber Website Bank Indonesia-bi.go.id, diakses Selasa, 16 Maret 2021

Editor: Atakey

Tags

Terkini

Terpopuler