Yayasan Noken Papua dan UNICEF Beri Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial Bagi Anak Pasca Pandemi

- 30 Agustus 2022, 10:52 WIB
Widya Iswara Koordinator Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Balai Besar Pendidikan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI), Burhanudin, S.ThI., MA., dan Sekretaris Forum Anak Papua, Renaldi Bryan Bekti Yepese, saat talkshow.
Widya Iswara Koordinator Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Balai Besar Pendidikan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI), Burhanudin, S.ThI., MA., dan Sekretaris Forum Anak Papua, Renaldi Bryan Bekti Yepese, saat talkshow. /lintaspapua.com/

PORTAL  PAPUA - Dukungan kesehatan mental dan psikososial bagi anak pasca pandemi menjadi topik pembahasan yang diangkat oleh Yayasan Noken Papua (Yakenpa) dan Unicef Papua.

Pembahasan tersebut dilakukan dalam talkshow di Radio Bahana Sangkakala 92,5 FM, Kampung Buton Skyland, dengan menghadirkan dua narasumber yakni Widya Iswara Koordinator Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Balai Besar Pendidikan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Jayapura Kementerian Sosial Republik Indonesia (RI), Burhanudin, S.ThI., MA., dan Sekretaris Forum Anak Papua, Renaldi Bryan Bekti Yepese, Senin, 29 Agustus 2022.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Lepas Kirab Merah Putih

Widya Iswara Koordinator LDP BBPPKS Jayapura Kemensos RI, Burhanudin, S.ThI., MA., mengatakan bahwa ini adalah program yang sinkron antara UNICEF dan Kemensos karena ini menjadi fokus dari Burhanudin tentang perlindungan anak.

Dijelaskan, kesehatan mental anak bukan hal yang bisa diabaikan perlu adanya perhatian lebih terhadap permasalahan kesehatan mental anak. "Salah satunya dengan kita melihat memberi kepedulian yang lebih kepada anak-anak seperti melihat apakah ada perubahan perilaku, mood, sikap, perubahan yang layaknya anak harus ceria, bermain dan seterusnya. Termasuk dimasa pandemi ini anak-anak sekarang lebih familiar dengan gadget atau kecanduan gadget,” katanya.

Yang dikhawatirkan, apabila anak sudah ditahap kecanduan gadget, anak bahkan bisa sampai melupakan berbagai kewajibannya seperti makan, belajar, ibadah atau mungkin bisa pula lupa kepada orang tua. "Yang dia ingat bisa saja hanya teman-teman online itu salah satu indikasi dari kesehatan mental yang terganggu tidak stabil," imbuh Burhanudin.

Baca Juga: Inilah Alasan Pemicu Menteri BUMN Erick Thohir Polisikan Faisal Assegaf

Secara umum, anak butuh sosialisasi yang nyata karena apabila sosialisasi secara daring, akan muncul kecanduan dan terjadi perubahan perilaku, sehingga fungsi sosial sebagai anak ini terganggu. Hal tersebut dapat dilihat dari semangat belajarnya termasuk nilai-nilainya dan hubungan antara guru dan teman temannya sehingga suatu saat apabila anak mempunyai masalah anak tidak bisa mengontrol dirinya.

"Mari kita sama-sama lebih peduli pada anak-anak kita, bukan hanya mencukupi kebutuhan fisiknya saja lalu kita anggap sudah selesai tugas orang tua. Tugas dewasa tapi kita juga harus memenuhi kebutuhan mentalnya, kebutuhan spiritualnya dan kebutuhan psikososialnya," himbaunya.

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: LintasPapua.Com


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x