“Lestari alamku lestari desaku
Dimana Tuhanku menitipkan aku
Nyanyi bocah-bocah di kala Purnama
Nyanyikan pujaan untuk nusa…..”
Itulah penggalan lagu ciptaan Gombloh yang ku dengarkan di kamarku yang berukuran 2x2 meter persegi ini. Mendengarkan lagu ini terpukulah hati ini dan termenung untuk merefleksikan siapakah aku ini, manusia seperti apakan aku ini, apakah aku manusia yang baik ataukah manusia yang serakah.
Aku adalah seorang mahasiswa di Universitas Mahasarawati Denpasar dan juga seorang aktivis yang bergabung di salah satu organisasi mahasiswa pencita alam yaitu Himpunan Mahasiswa Pencinta Alam atau yang dikenal dengan HIMAPALHI. Himapalhi yang merupakan organisasi internal kampus berlevel Nasional merasa perlu untuk mulai bergerak dan mulai mendiskusikan serta bertindak dalam melestarikan alam yang akhir-akhir ini belum terlalu konsen ke arah situ.
Baca Juga: Paus Fransiskus Mentahbiskan Uskup Baru untuk Keuskupan Youngstown, US
Manusia terlalu sering membicarakan serta menuntut tentang hak-hak kemanusiaan tetapi sudahkah kita membicarakan tentang hak-hak tumbuhan, hak-hak hewan yang juga merupakan mahkluk hidup dan ciptaan Tuhan di bumi ini ?. Manusia terlalu serakah membangun kerajaan bisnisnya untuk kepentingan tertentu tanpa sedikitpun memperhatikan alam. Alam dieksploitasi habis-habisan untuk kepentingan pribadinya bahkan rakyatpun tidak dipandang sebagai manusia lagi.
Hutan-hutan telah ditelanjangi digantikan dengan gedung-gedung yang berwajah angkuh tak peduli dengan mahkluk hidup yang berdiam di dalam hutan yang menjadi rumah mereka. Sungai-sungai yang dulu begitu jernih mengalirkan kehidupan disekitarnya tapi sekarang sudah tercemar dan bahkan terdapat beberapa sungai yang sudah kering. Burung-burung di udara tak lagi mengiasi udara dan bernyanyi ria seperti dulu kala.