Juru bicara Peresiden Joko Widodo Membagikan Pengalaman Menarik Saat Dipenjara

12 November 2020, 16:01 WIB
/Juru Bicara Presidenan, Fadjroel Rachman. /instagram.com/@fadjroelrachman/

 

 

 

Juru bicara Peresiden Joko Widodo  M. Fadjroel Rachman  membagikan pengalaman menarik saat dirinya dipenjara.

Fadjroel Rachman  pernah ditangkap dan ditahan selama 3 tahun saat orde baru, karena terlibat dalam aksi menuntut penurunan Presiden Soeharto.

Hadir di Podcast milik Deddy Corbuzier yang ditayangkan melalui kanal Youtube, Fadjroel Rachman    menjadi tahanan politik yang berpindah-pindah enam penjara, termasuk Nusakambangan.

Fadjroel Rachman   pun menuturkan bahwa masa paling berat yang dialaminya adalah satu tahun di penjara militer.

Baca Juga: 27 ASN di Jawa Barat Positif COVID-19

“Kenapa? Tidur di lantai, satu tahun tidur di lantai, di semen, di atas koran,” ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari podcast yang diunggah di kanal Youtube Deddi Corbuzier 12 November 2020.

“Di atas koran waktu itu ganti-ganti sih antara Pikiran Rakyat,” tutur Fadjroel Rachman diselingi tawa.

Deddy Corbuzier  pun membahas mengenai penjara  Indonesia yang saat ini sudah tidak layak, karena menurut Yasonna yang pernah berbincang dengannya, penjara  saat ini sudah terlalu penuh.

Menanggapi pernyataan tersebut, Fadjroel Rachman  mengaku tidak mengetahui karena dirinya tidak pernah masuk lagi ke sana.

Baca Juga: Bantu Indonesia Tangani Pandemi COVID-19, Australia Pinjamkan 1,5 Miliar Dolar

“Oh gitu ya? mungkin yang kriminal yah, yang narkoba, kriminal,” ucap Fadjroel Rachman.

Dia menambahkan, jika tahanan politik mendapatkan keuntungan karena ruangan yang luas dan memiliki ruangan khusus.

“Karena kalau politik, dapet keuntungan kalau di penjara. Dia ruangannya luas, kami dulu ada ruangan khusus, aku aja di sana berkebun Ded,” tutur Fadjroel Rachman.  .

Bahkan selain berkebun, saat dipenjara dia juga memelihara kucing dan juga bisa menulis sehingga bisa menerbitkan beberapa buku.

Baca Juga: Ketua Baleg DPR RI: UU Ciptaker tidak Hapus Kebijakan Upah Minimum

 “Mereka boleh ya memenjarakan fisik kita, tapi kebebasan pikiran kita ini yang harus diinikan begitu,” ucap Fadjroel Rachman .

Dia juga menceritakan pengalaman menarik berkat buku-buku yang ditulisnya saat berada di dalam penjara.

“Salah satu karna buku-buku itu, makanya kemudian New York Times tuh pernah waktu merayakan kebebasan (Nelson) Mandela, dia ngumpulin aktivis-aktivis yang pernah di penjara  rezim-rezim totaliter seluruh dunia,” tutur Fadjroel Rachman .

 “Kami disuruh menulis, membuat tulisan untuk Mandela, dan aku salah satunya Ded. Bahagia banget Ded, masuk New York Times untuk keperluan Mandela,” ujarnya menambahkan.

Ketika membahas mengenai apa hal menarik dalam penjara Fadjroel Rachman  , menuturkan bahwa kita bisa mengetes ruang kebebasan kita sendiri.

Baca Juga: Termahal dari Negara Lain, Harga PS5 di Indonesia Capai 8 Juta Rupiah

“Mereka menyempitkan di dalam fisik, tetapi kita bisa meluaskan diri di dalam pikiran,” ucapnya.***

Editor: Paul

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler