Sidang Paripuran Satu dan Dua Dimulai Pada Pembukaan Sidang Sinode XVIII GKI di Pantai Sarafambai Waropen

- 20 Juli 2022, 13:24 WIB
Pimpinan sidang sementara ketika usai menerima palu sidang dan dokumen untuk memimpin sidang sinode XVIII GKI.
Pimpinan sidang sementara ketika usai menerima palu sidang dan dokumen untuk memimpin sidang sinode XVIII GKI. /Foto Dok. Sinode GKITP/

PORTAL PAPUA  -  Sidang Paripurna Satu dan Sidang Paripurna Dua    
Selasa, 19 Juli 2022. Peserta Sidang Sinode XVIII GKI dari 55 klasis dan 15 bakal serta kategorial melangsungkan gelar Sidang Paripurna Satu dan Dua di gedung gereja GKI Bethani Waren, Kabupaten Waropen, Papua pada, Selasa (19/7/2022).


Sidang Paripurna Satu dan Dua dilangsungkan di Bethani Waren usai dilangsungkan acara pembukaan Sidang Sinode XVIII GKI di pantai Sarafambai Waropen pada, Senin, 18 Juli 2022.

Baca Juga: 10 Pemimpin Media Online Anggota AMSI Terpilih Ikuti Pendampingan Pengembangan Media Digital
Dalam sidang paripurna I dan II itu diawali dengan ibadah penelaan alkitab (PA) oleh Pdt. Sientje Latuputty yang mana diambil dari kitab Mazmur 85:1-14. “Kasih dan kesetiaan bertemu, keadilan, dan damai yang sejahtera bercium-ciuman”.


Dari PA itu, munculah dua pertanyaan mendasar yang menjadi pembahasan peserta rapat, yaitu bagaimana keadaan Papua saat ini dan bagaimana cara memulihkan Papua. Bagaimana keadaan GKI di tanah Papua dan bagaimana cara memulihkan GKI di Tanah Papua.


Dalam diskusi dari dua pertanyaan itu, Pdt. Latuputty mengatakan bahwa pada sidang sinode XVIII GKI dibutuhkan dasar pijak atau landasan yang benar untuk menentukan arah pelayanan kapal GKI di tengah samudera raya yang kadang tenang tetapi juga sering bergelora, sehingga mengoncangkan iman murid-murid Yesus dalam pelayaran.

Pnt. Jhon Betaubun (Majelis Ketua Sidang Sinode XVIII Waropen). Tuhan Yesus memberkati dan menyertaI
Pnt. Jhon Betaubun (Majelis Ketua Sidang Sinode XVIII Waropen). Tuhan Yesus memberkati dan menyertaI

“Mazmur 85:9-13 dipilih sebagai bahan pelajaran dan penghayatan tentang apa kata Tuhan bagi kita. Kita percaya bahwa surya pagi dari tempat tinggi dapat menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan naungan maut untuk menggerakan kaki kita kepada jalan damai sejahtera [Lukas 1:78-79],” jelas pdt. Latuputty dalam kotbahnya itu.

Baca Juga: Specs Sudah Resmi Berikan Dukungan Sponsor, Manajer Persipura Akan Jajaki Maskapi Penerbangan Ini
Ia lalu mengatakan, ungkapan Mazmur 85:1-14 adalah merupakan doa mohon Israel dipulihkan. Maka katanya, orang Israel memakai mazmur ini sebagai nyayian-nyayian kultis di bait Allah. Sebagaimana setelah pembuangan di Babilonia, muncul beberapa paduan suara kultus dan biasanya mereka menyanyikan mazmur-mazmur yang mengungkapkan keberadaan mereka yang sangat rendah dan lemah.


Oleh sebab itu katanya, setelah pemulihan dari Babilonia, umat disadarkan bahwa bergantung pada kekuatan sendiri atau pada illah-illah lain yang merupakan kemustahilan.


“Oleh sebabnya, pada ayat 1-7 diakui bahwa Tuhanlah yang telah mengantar mereka [umat Israel] kembali ke tanah air mereka. Ayat 8-14 kita mendengar jawaban bagi umat yang berdoa dan berharap bahwa sesungguhnya keselamatan Tuhan dekat pada orang-orang yang takut akan Tuhan sehingga kemuliaan diam di negeri mereka. Maka kunci pemulihan negara bergantung pada pemulihan atau pemerdekaan individu-individu sebagai anggota masyarakat,” tukasnya.

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x