PORTAL PAPUA-Metode yang ditawarkan vaksin nusantara tidak praktis ditepakan di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan oleh Pandu Riono, epidemilog dari Universitas Indonesia ketika diwawancarai Pikiran Rakyat, pada Sabtu (13/3).
Baca Juga: Jackson Bofra, Siap Jadi Ikon Baru Sepak Bola Indonesia
Pernyataan Pandu ini disampaikan untuk mengkritik anggota KOmisi IX DPR yang bersikukuh mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk segera meloloskan uji klinis vaksin nusantara.
Vaksin nusantara merupakan gagasan yang dikembangkan oleh bekas Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto dan kawan-kawannya.
Baca Juga: Sinopsis Love Story Minggu 14 Maret 2021 Ken Ketemu Reno Langsung Pukul Karena Saking Emosi
Vaksin nusantara dibuat dengan metode yang berbeda dari vaksin biasa.
Vaksin nusantara dibuat dengan cara mengambil sel dendritik dari pasien kemudian digabungkan dengan antigen SARS-Cov-2.
Setelahnya, racikan tersebut akan diinkubasi selama beberapa hari dan akhirnya diinjeksikan kembali ke tubuh.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 14 Maret 2021 Andin Penasaran dengan Obat Kuat yang Diberikan Mirna Kepada Al
Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo, mengeluhkan BPOM yang dinilainya mempersulit tahapan uji klinis vaksin nusantara.
Padahal, katanya, hasil uji klinis tahap satu terbukti tidak ada efek samping serius yang dialami para relawan.
Pandu Riono mengatakan, anggota DPR tidak semestinya mendesak BPOM yang bertanggung jawab terhadap pengawasan pembuatan vaksin.
"Itu sudah melebihi kapasitas anggota DPR, itu gak etis. Harusnya setiap orang bisa menjaga independensi," katanya.
"Lagi pula itu belum bisa disebut vaksin, masih dikembangkan. Risetnya lagi diawasi," katanya menambahkan.
Pandu Riono bahkan menilai prosedur uji klinis vaksin nusantara amburadul, tidak sesuai tahapan.
"Anggota DPR aja yang dibohongi orangnya Terawan. Terus ngotot memaksa BPOM," sebutnya.