Dunia Berduka, Novelis Nawal El Saadawi Meninggal

22 Maret 2021, 22:11 WIB
Nawal El Saadawi /

PORTAL PAPUA-Dunia berduka atas meninggalnya Nawal El Saadawi, penulis Mesir yang sangat berpengaruh. Ia  meninggal pada usia 89 tahun. Sosok seorang penulis feminis dan pernah memenangi berbagai kategori penghargaan. Lebih dari 55 buku yang ditulisnya adalah bagian dari kritik kerasnya  bagi pemerintah Mesir

Menteri Kebudayaan Mesir, Inas Abdel-Dayem, menyatakan berduka atas meninggalnya El Saadawi. Bahkan ia mengatakan bahwa tulisan-tulisan Nawal telah melahirkan gerakan intelektual yang hebat.

Baca Juga: Aksi Damai Berujung Ricuh di Inggris, Dua Polisi Terluka dan Dua Mobil Dibakar

Nawal El Saadawi menghembuskan nafas terakhir pada Minggu 21 Maret 2021. Ia menikah tiga kali, meninggalkan seorang putri dan seorang putra.

Sebagai seorang dokter terlatih, El Saadawi juga berkampanye melawan perempuan berjilbab, poligami dan ketidaksetaraan dalam hak waris Islam antara pria dan wanita.

Lahir pada bulan Oktober 1931 di sebuah desa di delta Nil, sebelah utara Kairo, El Saadawi belajar kedokteran di Universitas Kairo dan Universitas Columbia di New York.

Novelis yang juga kerap menulis untuk surat kabar Mesir  ini juga bekerja sebagai psikiater dan dosen universitas.

Baca Juga: Viral! Temukan Emas di Tepi Pantai, Warga Tamilouw Berduyun-duyun Dulang Emas

Ia dianggap salah satu feminis terkemuka di generasinya. Buku yang ditulis El Saadawi tahun 1972, Women and Sex, menuai kritik dan kecaman dari lembaga politik dan agama Mesir, yang mengakibatkan aktivis tersebut kehilangan pekerjaannya di kementerian kesehatan.

Dia harus mendekam dalam penjara selama dua bulan pada tahun 1981 oleh mendiang presiden Anwar Sadat.

Semasa di penjara El Saadawi menulis tentang pengalamannya dalam buku Memoirs from the Women's Prison. Ia menulis di atas gulungan tisu toilet menggunakan pensil alis yang diselundupkan oleh sesama narapidana.

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Tambrauw Desak Polres Sorong Dalami Keterlibatan Oknum Anggota DPRD yang Terima Suap Rp 40 J

“Saya tidak menyesali 47 buku saya yang disita. Jika saya memulai hidup saya lagi, saya akan menulis buku  yang sama. Semuanya sangat relevan bahkan hingga hari ini: masalah gender, kelas, kolonialisme (meskipun tentu saja itu Inggris dan sekarang Amerika), mutilasi alat kelamin perempuan, mutilasi alat kelamin laki-laki, kapitalisme, pemerkosaan seksual dan pemerkosaan ekonomi.,” ujarnya ketika diwawancarai media The Guardian pada 2009.

El Saadawi juga mendirikan dan memimpin Asosiasi Solidaritas Wanita Arab, serta ikut mendirikan Asosiasi Hak Asasi Manusia Arab.

El Saadawi pindah ke Universitas Duke North Carolina pada tahun 1993 karena ancaman pembunuhan.

Baca Juga: Sinopsis Kulfi di ANTV 23 Maret 2021 Kulfi Mengatur Rencana Memberitahu Mahinder, saat Chandan Tidur

Setelah kembali ke Mesir, dia mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2005 tetapi gagal. Novelnya yang sangat terkenal dan hampir dibaca penikmat sastra dan juga pemerhati perempuan adalah Perempuan di titik nol.

Editor: Atakey

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler