Network
PORTAL PAPUA – Salah satu buah yang familiar dan mudah dijumpai baik diperkotaan, maupun dikampung. Buah ini menjadi salah satu bahan kontak interaksi manusia, dalam kehidupan interaksi sosial mereka.
Buah tersebut dikenal dengan nama buah pinang.
Baca Juga: Ketua Klasis Port Numbay Siap Mewarnai Bursa Pencalonan Ketua Sinode GKI di Tanah Papua
Dalam kehidupan interaksi sosial masyarakat Papua, pinang dianggap sebagai buah pemersatu, buah keakraban, buah persaudaraan, dan buah perkenalan, Mengapa?, lihat saja, disaat orang lain sedang memakan pinang karena ada pinang. Sementara orang lain tidak memakan pinang karena tidak ada pinang. Maka disitulah muncul nilai kasih, untuk saling memberi dan dan saling menerima.
Disisi lain manusia (sebagai subjek) yang mengkomsumsi buah pinang ini juga, tidak memandang usia, jabatan, golongan, dari status sosial seseorang. Mau orang tua, anak-anak, hingga pejabat pun mengkomsumsi buah pinang, khususnya bagi mereka yang terbiasa dan suka memakan pinang.
Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin: Lemhanas Segera Lakukan Kajian Pendekatan Peningkatan Kesejahteraan Papua
Dalam mengkomsumsi buah pinang, bisa buah pinangnya saja, tapi pada umumnya, kebiasaan orang saat mengkomsumsi buah pinang selalu berpasangan dengan yang namanya siri dan kapur.
Peran dari siri dan kapur ini juga sangat penting. Mengapa?, untuk menghasilkan sebuah kenikmatan dari sebuah kolaborasi bersama antara, Pinang, Siri dan Kapur. Karena dari hasil perpaduan itu mewujudkan sebuah warna baru, yang umumnya dikenal dengan warna merah. Dan jika sudah berwarna merah, disitulah wujud kenikmatannya.
Baca Juga: Tolak Pemekaran Provinsi Papua Utara!! LSM dan Ormas Minta Bupati Biak Fokus Urus Masyarakat Saja
Dalam suatu kesempatan, Portal Papua, berkesempatan menjumpai dan melihat seorang pejabat daerah, sebut saja Bupati Kabupaten Jayapura, Matius Awoitauw, saat itu mengkomsumsi buah pinang bersama masyarakat Papua lainnya.
