Kesalehan Yang Sejati

- 1 Juni 2022, 07:41 WIB
/

 

PORTAL PAPUA - Seorang wanita yang bekerja di sebuah kantor bergengsi akan segera memiliki momongan. Ia sangat menghargai kepedulian dari rekan-rekan kantornya. Hampir setiap hari rekan-rekannya mampir ke mejanya untuk memberikan makanan dan minuman bernutrisi sembari menanyakan kondisinya, kondisi bayi dalam perutnya, info terbaru dari dokter, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kehamilannya.

Sayang sekali wanita ini tidak tahu bahwa setiap rekannya di kantor bertaruh tentang kapan bayinya akan lahir. Perhatian dan kepedulian rekan-rekannya terhadap urusannya ternyata menyangkut keinginan mereka untuk memenangkan taruhan.


_Nyatanya tidak ada yang tahu motif hati seseorang. Banyak dari kita yang mengira bahwa seseorang yang perhatian, sering memberi dan menolong orang lain, menyembah dan memuji Tuhan di gereja, berdoa, dan berpuasa, sudah pasti adalah orang yang saleh. Padahal tidak sebatas itu, sebab jika mereka melakukannya tanpa hubungan dan dasar pengabdian kepada Tuhan, itu bukan definisi kesalehan. 

Penulis dan penginjil W. Ian Thomas mengatakan bahwa kesalehan bukan hasil dari kemampuan kita meniru Tuhan, tapi pengaruh dari kapasitas Tuhan "mereproduksi" diri-Nya di dalam kita; kesalehan bukanlah pembenaran diri sendiri, tetapi pembenaran Kristus; dan kebenaran ini disebabkan oleh iman kepada Tuhan. Demikianlah kesalehan sejati.

Pada pembacaan awal perikop hari ini, Matius 6:1-18, kita diberitahu bahwa ajaran dasar Yesus menghindari pertunjukan kesalehan yang mencolok, tetapi seharusnya satu-satunya alasan seseorang melakukan hal-hal baik adalah untuk menyenangkan Bapa. Ia memerintahkan kita untuk memberi sedekah, berdoa, berpuasa, dan melakukan hal baik lainnya tanpa ternoda keinginan untuk sebuah pengakuan dan tepuk tangan dari orang lain.

Ini penting karena dalam bacaan Alkitab hari ini Yesus tidak hanya menjelaskan sesuatu yang harus dihindari, sesuatu yang harus dilakukan, tapi juga janji upah untuk setiap hal yang dilakukan dengan benar sesuai instruksi-Nya. Kebenaran ini sekaligus membuat kita merefleksikan seberapa sering perilaku keagamaan kita diatur oleh pendapat dan persetujuan orang lain. Mungkin kita juga lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang orang pikirkan daripada apa yang Tuhan perkenankan.

Ingat, kesalehan yang sejati bukanlah sebuah tugas untuk terlihat benar di hadapan orang lain, tetapi kesadaran bahwa sudah menjadi tugas kita untuk mengabdi dan menyenangkan Sang Raja. Kita harus mulai menjalankan kehidupan yang saleh dengan dasar pengabdian dan kerinduan untuk menyenangkan-Nya. Hendaklah kasih itu jangan pura-pura. [LS]

DOA: “Bapa Sorgawi, kami mohon, ampuni kami untuk semua kesalehan palsu yang kami lakukan supaya dilihat dan dipuji orang. Roh Kudus tolong kami supaya apa yang kami masing-masing lakukan murni untuk menyenangkan-Mu saja, Bapa dan memuliakan-Mu! Terimakasih Bapa, di dalam nama TUHAN Yesus kami berdoa, Amin!”

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: Renungan Harian Kristen


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x