Hari Suroto menuturkan, internet satelit adalah oase di pedalaman Papua, sangat membantu penduduk pedalaman dalam berkomunikasi. Internet satelit ini, biasanya disewakan per jam dengan membeli voucher, akses internet satelit per jamnya15 ribu rupiah, untuk akses empat jamnya 50 ribu rupiah.
"Misalnya saja di Distrik Okbibab, Pegunungan Bintang, Papua, distrik ini dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Papua, akses transportasi menuju distrik ini hanya dapat dilakukan dengan pesawat kecil. Tidak terdapat jaringan telepon seluler di Distrik Okbibab, namun terdapat internet satelit, sehingga petani dan pembeli kopi di Jayapura dapat berkomunikasi menggunakan WhatsApp atau Messenger," jelasnya.
Baca Juga: Kerajaan Allah Bukan Soal Makan Minum, Tetapi Soal Kebenaran, Damai Sejahtera dan Sukacita
Ditambahkan, dirniya mencontohkan, contoh lainnya di Kampung Goras, Distrik Mbahamdandara, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, tidak terdapat tower telepon seluler, untuk bertelpon seluler 2G harus naik bukit di tengah hutan, tapi akses internet mudah diakses di kampung melalui internet satelit dengan membeli voucher.
Namun akses internet satelit ini sangat tergantung kondisi cuaca dan listrik. Jika terjadi hujan petir maka internet satelit dipadamkan. Internet satelit juga tergantung pada generator listrik, di pedalaman Papua, generator listrik hanya beroperasi 6 jam, mulai pukul 18.00 petang hingga 24.00 tengah malam. Sedangkan generator listrik tergantung pada ketersediaan bahan bakar.
"Untuk beberapa wilayah, internet satelit menggunakan listrik dari solar sel, namun solar sel tergantung pada ketersediaan sinar matahari, jika mendung maka energi listrik yang tersimpan sangat sedikit," kata Hari Suroto.***