Baca Juga: Sebelum Ditembak Mati, ZA Sempat Menanyakan Kantor Pos Kepada Petugas Penjagaan
”Dua puluh lima tahun yang lalu, tuan juga telah membawa saya di studio ini saya menjadi model sebagai Yesus”, ucap pria itu. Leonardo tercengang. Pria yang berwajah sangar dan tersiksa itu melanjutkan ceritanya bahwa orang yang hidup baik, seorang anggota gereja pada masa mudanya dan berwajah sangat tampan. Akhirnya dia bertualang dalam arus kehidupan dalam kejahatan hidup yang serampangan, seorang brandal. Akhirnya dia bertobat dan kembali kedesa dengan menjadi petani.
Baca Juga: 3 Sungai di Sorong Selatan yang Jadi Destinasi Wisata
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah, ketika hidup kita baik, dilingkungan yang baik, bersyukur memuji Tuhan maka akan memunculkan aura yang indah sehingga dia menjadi seorang yang tampan (memiliki ketampanan dari dalam yang memancar diwajahnya ) sehingga dia pantas untuk menjadi model sebagai Yesus yang berwajah lembut belas kasih. Namun ketika hidupnya berkubang dosa dan kejahatan semua perbuatan mengubah batin, dan kehidupan jiwanya yang terpancar pada wajahnya yang sangar, tersiksa penuh kesedihan sehingga pantas menjadi Yudas. Begitu kira-kira kisah sejarah tentang pembuatan lukisan The Last Supper itu.