Suka Duka Proses Pembuatan Noken Anggrek Emas di Nabire

- 4 Mei 2021, 09:07 WIB
Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua bersama Titus Pekey penggagas noken sebagai warisan budaya dunia UNESCO
Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua bersama Titus Pekey penggagas noken sebagai warisan budaya dunia UNESCO /Foto: Dok Pribadi/

PORTAL PAPUA-Setiap tanggal 4 Desember, Dalam budaya suku Mee, noken toya agiya hanya boleh dibuat dan dipakai oleh pria Suku Mee, tetapi yang berhak memakai hanya untuk seorang tonowi atau pria yang memiliki kekuasaan, kekayaan, memiliki ternak yang banyak, memiliki istrik yang banyak dan pandai berpidato.

Baca Juga: KKB Ancam Musnahkan Orang Jawa di Papua, Polri: Tidak Perlu Khawatir

Noken toya agiya, saat ini mudah dijumpai di Pasar Moanemani maupun di beberapa tempat pinggir jalan Kota Nabire, hal itu diungkapkan Hari Suroto, Arkeolog yang kini mengabdi di Balai Arkeologi Papua.

“Noken ini dijual dengan harga bervariasi, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan dalam merajutnya. Noken anggrek ini walaupun mahal seperti emas, tetapi sangat kuat dan tidak mudah robek, mampu bertahan lama karena dalam proses pembuatannya sangat rumit dan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan,” ujar Hari Suroto.

Baca Juga: Dilabeli Teroris, KKB Ancam Musnahkan TNI/Polri dan Orang Jawa, Begini Ancamannya!

Ia melanjutkan, untuk mendapatkan anggrek emas sebagai bahan noken harus dilakukan dengan masuk ke dalam hutan yang jauh dari pemukiman.

“Bagi wisatawan yang datang di Nabire dan ingin mengkoleksi noken anggrek emas ini, harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam. Sangat disarankan untuk tidak menawar saat membeli, hal ini sebagai bentuk apresiasi pada pembuat noken, karena untuk mendapatkan bahannya sendiri sangat susah, proses pembuatannya rumit dan membutuhkan waktu berbulan-bulan,” katanya.

Baca Juga: 6 Kelompok KKB Masih Aktif Beraksi, Kapolda Papua: Kami Akan Tangkap Hidup-hidup

Katanya lagi,tanaman anggrek sebagai bahan pembuat noken, hanya dijumpai di hutan sekitar Paniai, Dogiyai, Deyai. Itupun dalam mencarinya harus masuk hutan, lewat kali maupun jurang, dengan kondisi cuaca tidak menentu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian agar anggrek ini dapat dikembangkan dan dibudidayaan anggrek, sehingga pengrajin noken tidak kesulitan lagi dalam mencari bahan.

Halaman:

Editor: Atakey


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x