Warga di Hiroshima Bunyikan Bel Peringati 77 Tahun Bom Atom Pertama di Dunia

- 6 Agustus 2022, 21:20 WIB
Warga Hiroshima berdoa pada peringatan peristiwa Bom Atom
Warga Hiroshima berdoa pada peringatan peristiwa Bom Atom /AS Rabasa /Reuters.com

PORTAL PAPUA  - Lonceng berdentang di Hiroshima pada Sabtu saat kota itu memperingati 77 tahun bom atom pertama di dunia, dengan para pejabat termasuk sekretaris jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan perlombaan senjata baru setelah invasi Rusia ke Ukraina.

 

Sebagaimana dikutip dari Reuters.com menjelaskan, bahwa Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, dan, tak lama setelah itu, Presiden Rusia Vladimir Putin secara tidak langsung mengangkat kemungkinan serangan nuklir. Konflik tersebut juga meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan pembangkit nuklir Ukraina.
Baca Juga: Isele Putra Champions, Berikut Laporan Lengkap Partai Puncak Turnamen Bergengsi Ondofolo Heram Cup IV 2022

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bergabung dengan ribuan orang yang memadati Taman Perdamaian di pusat kota untuk memperingati ulang tahun pengeboman yang menewaskan 140.000 orang sebelum akhir tahun 1945, hanya kedua kalinya seorang sekretaris jenderal PBB ambil bagian dalam upacara tahunan tersebut

"Senjata nuklir adalah omong kosong. Mereka tidak menjamin keselamatan - hanya kematian dan kehancuran," kata Guterres.

Baca Juga: Mutiara Hitam FC dan Yabahey FC Hari ini Tampil di Grandfinal Ondofolo Heram Cup IV 2022

"Tiga perempat abad kemudian, kita harus bertanya apa yang telah kita pelajari dari awan jamur yang membengkak di atas kota ini pada tahun 1945."


Guterres menghindari penyebutan langsung Rusia, yang menyebut invasinya ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus."

Walikota Hiroshima Kazumi Matsui, yang kotanya tahun ini tidak mengundang duta besar Rusia ke upacara tersebut, lebih tajam dan kritis terhadap tindakan militer Moskow di Ukraina.

"Dalam menginvasi Ukraina, pemimpin Rusia, yang dipilih untuk melindungi kehidupan dan harta benda rakyatnya, menggunakan mereka sebagai instrumen perang, mencuri nyawa dan mata pencaharian warga sipil di negara lain," kata Matsui.***

Editor: Eveerth Joumilena

Sumber: Reuters.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x