PORTAL PAPUA - Perang untuk menciptakan kedamaian, “Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Matius 26:52-54)
Peperangan sebenarnya telah terjadi sejak jaman batu. Karena belum mengenal pertanian, maka untuk mempertahankan lahan pangan dan untuk kelangsungan kehidupan, satu suku memerangi ataupun memusnahkan suku yang lain.
Suku yang suka damai dan tidak suka perang akan terus pergi menjauh dari daerah asal mencari daerah yang ada tanaman pangan dan yang masih kosong. Perang adalah jalan terakhir ketika perundingan mengalami jalan buntu, sebab masing-masing bersikukuh merasa benar.
Contohnya Ukraina yang saat ini tak lagi berafiliasi dengan Rusia, dan ingin berkabung dengan NATO, tentu ini adalah ancaman bagi sistem keamanan Rusia. Jika Ukraina tak mau berafiliasi dengan Rusia dan terus main mata dengan NATO dan Amerika, maka tak ada pilihan, ini sama dengan menantang perang. Jadi alasan Rusia menyerang Ukraina adalah untuk mempertahankan keamanan dalam negeri.
Kita sering mendengar manusia seharusnya lebih menyukai perdamaian, tapi bagaimana seandainya ada ancaman kelaparan dan ancaman keamanan? Jika ada ancaman, maka sifat primitif manusia akan muncul (sama dengan binatang), yakni terpaksa membunuh demi kelangsungan kehidupan.
Itu sebabnya arti perdamaian sebenarnya adalah “menundukkan siapapun yang menjadi ancaman bagiku“. Maka sampai kapanpun akan ada perang dan perang itu selalu punya tujuan klise, yaitu perang untuk untuk menciptakan perdamaian. Absurd tapi itulah kenyataan.
Jadi Jika tujuan perang untuk perdamaian, atau perdamaian diusahakan dengan perang, maka tak ada yang bisa disalahkan sebenarnya. Siapapun punya alasan yang benar. Siapapun akan berontak bila merasa terancam. Kecuali sudah tak ada lagi punya kekuatan atau kemampuan untuk menyerang.
Baca Juga: Merdeka Belajar Bagi Siswa di Kabupaten Jayapura Ditandai Resepsi Hardiknas 2022 dan Halal Bihalal