PORTAL PAPUA - “Yesus menjawab, "Percayalah! Kalau mereka diam, batu-batu ini akan berteriak.” Lukas 19:40
Beberapa waktu yang lalu saya mengunjungi kota ini dan tinggal hampir sebulan dan menyaksikan ada sesuatu yang berbeda. Ibukota propinsi Sulawesi Utara ini mayoritas penduduknya beragama Kristen dan cukup relijius.
Hampir setiap kelurahan ada gedung gereja, dan yang menarik adalah dari gereja-gereja ini setiap subuh berkumandang puji-pujian dan renungan singkat memakai toa sebagai pengeras suara. Ya, toa dan dari toa ini hampir setiap hari ada pengumuman kegiatan keagamaan seperti ibadah kaum bapa, kaum ibu, anak-anak, paduan suara atau kegiatan lainnya.
Hal yang umum disaksikan hampir setiap sore ada saja ibadah di rumah-rumah jemaat, atau rumah-rumah menyiarkan lagu-lagu rohani melalui alat sound system.
Bahkan tidak jarang, kendaraan umum semacam angkot juga memperdengarkan lagu-lagu rohani dengan suara yang sangat keras. Dan setiap menjelang paskah atau natal, maka jalan-jalan umum di daerah pemukiman dipasangi asesoris seperti salib dan sebagainya.
Tapi yang paling menarik dari semua ini, kota yang relijius ini sekarang justru dipimpin oleh walikota non-Kristen.
Di pilkada lalu, berhasil memenangkan kepercayaan rakyat dengan perolehan suara cukup signifikan, padahal selama ini, walikota selalu beragama Kristen.